Kilas Sejarah Gundik di Magelang, Kisah Dibalik Berdirinya Panti Asuhan Pa van der Steur
Gundik menjadi istilah yang tidak terlepas dari masa Hindia Belanda khususnya di wilayah Magelang-freestockcenter-FREEPIK
MAGELANGEKSPRES.ID - Gundik menjadi istilah yang tidak terlepas dari masa Hindia Belanda.
Khususnya di wilayah Magelang, sebutan ini begitu melekat di era Johannes atau Pa van der Steur saat membangun panti asuhan Oranje Nassau pada tahun 1892/1896.
Dimana diantara 7.000 anak asuhannya terdapat anak-anak terlantar yang tidak terkecuali anak dari pergundikan tersebut.
Namun sebetulnya apa istilah itu?.
BACA JUGA:Pa van der Steur Pendiri Panti Asuhan di Magelang yang Selamatkan Anak Korban Penjajahan Belanda
Kilas Sejarah Gundik di Magelang
Melansir jurnal Peranan Nyai dalam Akulturasi Budaya Jawa-Belanda Tahun 1870-1942 oleh Laila Magfirul Muniroh, dkk (2023).
Pada awalnya, istilah "nyai/nyahi" ditujukan untuk pembantu rumah tangga bangsa Eropa, yang pengertiannya bergeser menjadi selir atau "gundik".
Nyai kemudian digolongkan sebagai "Gundik" atau merujuk pada istri tidak resmi, selir, atau wanita simpanan oleh pria Eropa di masa Hindia Belanda.
Sedangkan menurut Chandra Gusta, seorang pegiat sejarah dari Mlaku Magelang menyatakan sebutan gundik memiliki dua macam golongan.
"(Gundik) Di kalangan umum para perempuannya disebut Nyai. Kemudian kalau di dalam tangsi militer itu sebutannya Moentji atau Sarina. Mereka tidak dinikahi tapi dikawini, tinggal bersama untuk merawat Yan Yan (KNIL Eropa). Entah mereka mencuci, berbelanja, memasak, tidur, melahirkan dan merawat anak-anak," ujarnya dalam tur Mlaku Magelang pada Sabtu, (24/5).
Oleh sebab itu, praktik tersebut tidak sedikitnya melahirkan "anak kolong" atau anak berdarah campuran.
BACA JUGA:Festival Johannes van der Steur Digelar di Kota Magelang, Agenda Kegiatan Disiapkan
Seperti yang terjadi di Magelang, anak-anak tersebut mengalami nasib yang cukup beragam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
