KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Kebun Raya Gunung Tidar yang digadang dijadikan wisata umum, terus dipoles agar semakin terlihat cantik dan estetis. Terakhir, Tugu Sa (Sapa Salah Saleh) yang fenomenal karena diyakini menjadi monumen pusatnya pulau Jawa sudah tuntas dibangun. Tugu anyar ini berbentuk lonjong dan ukurannya lebih tinggi dibanding tugu sebelumnya. Namun di titik teratas tetap ditampilkan huruf jawa “Sa” untuk mempertahankan ciri khasnya. Tugu Sa yang sebelumnya bercat putih, kemudian dikelilingi dengan pagar warna hijau sekarang tampak dengan lapisan marmer berwarna kecokelatan. Jika sebelumnya berbentuk segi empat kini Tugu Sa berbentuk lingkaran. Rupanya, penggantian Tugu Sa yang dianggap sakral tersebut menuai respons dari kalangan budayawan. Agung Nugroho, salah seorang budayawan mempertanyakan pengubahan struktur bangunan Tugu Sa tersebut. “Ini kenapa bisa Tugu Trisoko (So-So-So) Gunung Tidar kok diganti seperti ini,” katanya. Ia menyayangkan, lantaran tidak ada komunikasi dengan para budayawan setempat perihal rencana pemugaran Tugu Sa. Meskipun, perubahan akan membuat pemandangan jadi cantik, namun budaya dan historis Tugu Sa tidak ada seorangpun yang berhak menghilangkannya. “Itu warisan budaya, tapi kenapa saat dipugar tidak ada komunikasi dengan budayawan di sini. Sangat disayangkan jika yang digaungkan Gunung Tidar adalah wisata budaya, tapi justru budaya itu yang dihilangkan,” ujarnya. Budayawan Kota Magelang lainnya, Mbilung Sarawita juga mengungkapkan, perubahan wujud tugu sapa salah seleh itu harus dicari pelakunya. Dia mengaku penasaran tentang filosofi dan dasar sejarah dalam proses membangunnya. “Kalau pendapat saya perubahan wujud tugu sapa salah seleh itu harus dicari siapa yang mengganti, filosofinya apa, dasar sejarahnya apa,” ungkapnya. Dia menilai bahwa penggantian warisan budaya harus sepengetahuan leading sector yakni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. “Sekarang ini, kita sudah tidak bisa lagi lepas dari pemerintah untuk wilayah-wilayah atau tempat-tempat yang menjadi tempat wisata religius itu harus sepengetahuan minimum dinas yang terkait dengan situs-situs wisata ziarah,” tuturnya. Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM) Muhammad Nafi mengatakan jika Kebun Raya Gunung Tidar adalah milik seluruh masyarakat. Adanya pembangunan dan pemugaran yang sifatnya mengubah estetika budaya, mestinya harus melibatkan warga itu sendiri. “Tugu tersebut kelihatannya dibangun oleh perseorangan sejak awal berdirinya. Walaupun begitu karena Gunung Tidar merupakan salah satu wilayah yang memiliki nilai-nilai budaya yang berstatus sebagai Kebun Raya, maka kepada siapapun yang memiliki keterkaitan dengan Gunung Tidar dimohon untuk memperhatikan nilai-nilai budaya yang ada,” ujarnya. (wid)
Astaga! Bangunan Fenomenal “Tugu Sa” Puncak Gunung Tidar Diganti. Budayawan Merespons
Sabtu 11-12-2021,08:58 WIB
Editor : ME
Kategori :