MAGELANGEKSPRES.COM, MAGELANG - Harga daging ayam di Pasar Rejowinangun, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah terus berubah - ubah di tengah pandemi covid - 19. Kondisi sulit sejak 4 bulan belakangan ini telah mempengaruhinya. Kemarin (5/8/2020) harganya menurun di kisaran Rp29 ribu - Rp30 ribu per kilonya. \"Kalau harga (daging ayam) kita sulit memastikan. Kemarin menjelang hari raya Idul Adha mencapai Rp40 ribu per kilo. Kalau sekarang cuma sampai 30 ribu,\" kjar salah satu pedagang, Rahyuti (62) di lapaknya. Kelebilan harga tersebut mengakibatkan Rahyuti tidak bisa menjual daging ayam sebanyak waktu sebelum pandemi. Menurutnya, permintaan pasar yang sepi telah membuat transaksi semakin lesu. \"Karena pandemi ini, kan banyak acara - acara hajatan yang dibatasi. Permintaan yang banyak dari situ. Kalau sekarang kita cuma bergantung dari pasar saja. Kalau ramai ya harganya naik, kalau sepi ya turun,\" lanjutnya. Meski harga masih labil, perempuan ini tetap berjualan seperti biasa. Sepinya pasar tidak membuat dirinya berhenti menjajakan dagangannya. Apalagi harus menggunakan protokol kesehatan. \"Kalau berjualan sebelum pandemi itu bisa jual banyak. Sekarang ya tetap berjualan meski lakunya turun. Sulit kalal laku sampai habis semua. Kalau belum habis jualnya ya nanti kita pisah,\" tambah pedagang yang berasal dari Tidar Krajan, Kota Magelang itu. Baca juga Sejumlah Parpol Belum Tentukan Sikap, Pengamat Politik Prediksi Pilkada Diikuti 3 Paslon Dirinya berharap, pandemi segera berkhir secepatnya. Situasi normal akan mengembalikan kesejahteraan para pedagang sepertinya. \"Ya semoga kondisinya cepat membaik. Pasar kembali ramai. Harga jual gak turun naik turun naik. Kan kalau labil nanti yang susah pedagang dan pembelinya,\" terangnnya. Dampak pandemi juga dirasakan pedagang sayur, Irmiyati (47). Sayuran yang sebelumnya laku keras kini lebih sepi. Kondisi itu mengakibatkan harga - harga sayuran juga ikut labil. \"Kalau harga sayur turun, yang naik cuma cabai. Itupun cuma naik 5 ribu per kilo. Meski sudah murah, yang beli juga jarang,\" ucapnya. Ia juga mengatakan, sepinya pembeli menyebabkan sulitnya dia mendapatkan keuntungan. Selisih pendapatan dari sebelum pandemi dan sekarang turun sampai 20 persen lebih. \"Kita sulit dapat untung. Kadang sayurannya sisa banyak. Kalau masih segar ya kita tinggal di sini, besok dijual lagi, kalau yang sudah busuk kita buang. Perbedaan penghasilannya kira kira turun lebih dari 20 persenan lah,\" akunya. Ia menyatakan, selama ini dirinya belum menerima bantuan dari pemerintah. Dia berharap akan ada bantuan berupa modal untuk berjualan dan kebutuhan sehari - hari. \"Kalau bantuan sih belum ada. Harapannya kita besok dibantu pemerintah, entah itu apa yang penting bisa dipakai buat modal jualan atau kebutuhan,” pungkasnya. Sementara itu, pandemi corona mengakibatkan turunnya harga bahan pokok, seperti cabai, bawang putih, bawang merah. Penurunanya pun sangat jauh. “Ya sangat jauh mas penurunan harga jual untuk bahan pokok sendiri contohnya saja seperti harga bawang bombai yang awalnya sampai Rp100 ribu lebih sekarang hanya dihargai dengan Rp12 ribu sampai Rp13 ribu per kilo,”ujar Bu Dar, pedagang lain. Sementara itu pedagang sayuran lainnya Rati mengaku, omzetnya mengalami penurunan. Turunnya sangat jauh. Untuk omzet turun sampai 50 persen. “Dari sebelum covid omzet sehari sampai 4 juta. Sekarang hanya Rp2 juta saja susah. Saya kan banyak langganan rumah makan dan hotel. Mereka pada tutup. Jadi sekarang cuma melayani konsumen yang datang saja ke pasar. Itu pun pada takut ke pasar karena takut adanya corona,” tambahnya. (pkl1/pkl4/pkl2)
Harga Ayam dan Sayur Belum Stabil, Pedagang Tetap Konsisten Jualan
Kamis 06-08-2020,02:01 WIB
Editor : ME
Kategori :