Jolenan Alias Ojo Kelalen, Even Dua Tahunan di Purworejo yang Selalu Dinanti

Rabu 16-10-2019,03:18 WIB
Editor : ME

Event budaya dua tahunan di Desa Somongari \\\'Jolenan\\\' kembali digelar, Selasa (15/10). Jolenan Somongari menjadi atraksi budaya yang ditunggu masyaraat. Bentuk rasa syukur warga masyarakat yang sudah dilakukan turun temurun ini dilakukan rutin di bulan Sapar dalam penanggalan jawa dan dihelat dua tahun sekali. Rutinitas dua tahunan itu memang menjadi magnet bagi warga di desa yang menjadi bagian Kecamatan Kaligesing Purworejo dan memiliki hasil bumi utama berupa manggis dan durian ini. Arak-arakan jolenan diikuti 43 jolen dari 23 pedukuhan yang ada. Jolen, akronim dari \"Aja Kelalen\" yang dimaksudkan tidak akan pernah lupa dengan Sang Pencipta maupun kampung halaman itu merupakan momen terbesar kedua setelah hari Raya Idhul Fitri. Biasanya, warga setempat yang tinggal di luar kota akan pulang untuk turut meramaikan kegiatannya. Baca Juga Tersangkut Jaring Nelayan, Dua Ikan Raksasa Terdampar di Pesisir Selatan Purworejo Dibandingkan penyelenggaraan sebelumnya, ada sedikit perbedaan. Sesuai penanggalan Jawa Aboge, tidak ada Selasa Wage yang menjadi waktu pelaksanaan. Karena ketiadaan itu, maka seluruh warga sepakat jika kegiatan itu tetap menggunakan hari Selasa meskipun pasarannya berbeda. Ketua Panitia Merti Desa Jolenan Somongari, Suyono mengungkapkan jika tradisi jolenan sudah masuk dalam warisan budaya tak benda. Pihak desa selalu berusaha meningkatkan event penyelenggaraannya dari waktu ke waktu sehingga kehadiran masyarakat dari luar daerah akan tinggi. \"Sajian utama memang jolen itu yang diarak keliling jalan desa sejauh sekitar kilometer. Selain itu yang tidak kalah penting adalah adanya penggambaran Dewi Sri yang dilakukan oleh gadis terpilih di desa ini,\" tutur Suyono. Jolen sendiri merupakan tempat menyimpan aneka jenis makanan yang biasanya terdiri dari tumpeng, ayam, panggang, jadah (ketan), pisang maupun sayuran. Dari sekian jenis makanan itu yang sudah ada sejak zaman dahulu adalah ayam panggang. Makanan yang dimasukkan dalam jolen sendiri merupakan makanan terpilih dari setiap rukun tetangga yang mengeluarkan jolen. \"Bentuk jolen memang bervarias. Sudah disepakati sejak dulu jika jolen tidak boleh permanen. Ada kepercayaan warga, bekas jolen itu jika ditempatkan di lahan pertanian mereka bisa meningkatkan hasil panen ataupun terhindar dari hama,\" katanya. Bupati Purworejo, Agus Bastian dalam sambutan yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Agung Wibowo mengatakan nguri-uri budaya bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Namun hal itu bisa dilakukan di desa yang mejadi kampung halaman Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ini. \"Konsistensi dan totalitas warga Somongari dalam menggelar tradisi ini layak diacungi jempo,\" kata Agung. Jolenan saat telah menjadi kalender rutin Pemkab Purworejo dalam salah satu bentuk budayanya. Itu tidak saja jadi ikon desa setempat namun juga Purworejo dan Jawa Tengah. \"Pemerintah Pusat juga mengakuinya dengan memberikan anugerah warisan budaya tak benda untuk tradisi ini,\" tutur Agung. Baca Juga BPBD Magelang Bagikan Masker pada Warga Lereng Merapi, yang Terkena Dampak Abu Vulkanik Agung memaparkan jika Bupati berharap agar tradisi itu bisa dikemas dan dikelola dengan lebih baik lagi. Hal itu akan menjadi sebuah daya tarik wisata unggulan. Ini sejalan dengan program Pemerintah yakni Romansa Purworejo atau tahun kunjungan wisata 2020. Secara pribadi Agung menjelaskan jika wisata budaya di Somongari itu merupakan salah satu paket wisata yang ditawarkan oleh Purworejo. Paket yang ada nantinya lebih banyak di lingkup Kecamatan Kaligesing yang memiliki beragam obyek wisata alam. \"Kita akan terus mendorong dan menjual paket-paket wisata yang ada. Setidaknya dari target 1 juta kunjungan wisatawan mancanegara melalui YIA dalam satu tahun, kita bisa mendapatkan bagian dari hal itu,\" tutur Agung. Ketua DPRD Purworejo, Dion Agasi Setiabudi mengatakan perlunya banyak dukungan untuk event budaya yang ada di Somongari. Seperti halnya Bupati, Dion melihat adanya keserasian dan kebersamaan yang terus dijaga oleh masyarakat. \"Tanpa ada kebersamaan, niscaya acara yang sedemikian apik ini bisa terselenggara secara rutin dan semakin baik,\" kata Dion. (luk)

Tags :
Kategori :

Terkait