Minim Penguasaan Bahasa Ibu, Waspada Generasi Bingung Bahasa

Senin 16-03-2020,03:00 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Dalam talkshow yang mengangkat Bahasa Jawa dengan tajuk Pewarisan Bahasa Jawa Sebagai Bahasa Ibu yang digelar oleh Sanggar Sekar Tanjung dan melibatkan para pembicara ahli, mengemuka berbagai fakta tentang kritisnya penguasaan bahasa di era ini. Hal itu disampaikan dr Dwi Puspitorini, dosen Fakultas Budaya Universitas Indonesia yang menjadi pemateri utama di Pendopo Kabupaten, Minggu pagi (15/3). Dr Dwi yang juga mengajar Bahasa Jawa di Jepang itu mengangkat tentang generasi yang kini ditengarai tengah dalam fase Bingung Bahasa. “Kita harusnya bangga punya dialek Wonosobo sebagai bahasa yang kita tahu sejak usia dini. Di era ini generasi mudanya banyak yang bingung bahasa. Apalagi di lingkup professional seperti saat wawancara kerja. Begitu pula dengan penguasaan bahasa asing seperti bahasa Inggris. Itu semua karena landasan bahasa ibunya tidak secara sempurna dikuasai karena penguasaannya sepotong-sepotong. Bersyukurlah kita yang sejak kecil sudah diajarkan bahasa ibu yakni bahasa asli di lingkungan kita, salah satunya bahasa Jawa,” tutur Dr Dwi yang juga asli dari Wonosobo. Fakta bahwa Bahasa Jawa sekarang jadi urutan terakhir untuk dipelajari setelah bahasa Indonesia, Bahasa Asing seperti Inggris baru bahasa jawa membuat para pelajar maupun anak-anak minim kuasai bahasa yang sebenarnya sangat penting itu. “Kalau anak diberi pemahaman bahasa ibu yang sempurna, sebenarnya sama dengan kita beri landasan kecerdasan ke anak. Yakni beri kerangka berpikir yang bagus. Maka saat dewasa kelak akan mudah belajar bahasa asing,” imbuh dosen penerima penghargaan di nasional hingga internasional itu. Baca juga Kurangi Sampah, SDN Wonosobo Kampanyekan Zero Plastik di Pesta Siaga Bahasa jawa sebagai bekal pembentukan kerangka berpikir dinilai kurang dianggap serius para orang tua saat ini mengingat perkembangan teknologi dan pola interaksi yang jauh berbeda dengan zaman dahulu ketika bahasa verbal menjadi kunci dari interaksi sosial. Indikasi lainnya ialah rendahnya kemampuan bercerita atau menceritakan kembali apa yang mereka lihat secara visual. Pemateri lain dalam talkshow itu ialah Gatot Hermawan seorang ASN sekaligus budayawan yang juga penggiat Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia atau Permadani Wonosobo. Pihaknya mengapresiasi Sekar Tanjung yang dirintis sejak 2011 dengan mengangkat tema yang sangat relevan di era ini. “Ada kecenderungan kepunahan bahasa karena globalisasi dan teknologi informasi tetapi kami akui pendidikan paling ideal untuk bahasa ibu seperti bahasa Jawa ini dari orang tua ke anak. Interaksi harian jadi kuncinya,” katanya. Sementara itu, pimpinan Sekar Tanjung Yularti yang membuka agenda dengan penampilan tari Bedhaya Segara Kidul menyebut bahwa agenda talkshow itu sekaligus menjadi salah satu jawaban atas apa yang terjadi di masyarakat. Sehingga ada pembahasan maupun perhatian lebih pada bahasa Jawa. (win)

Tags :
Kategori :

Terkait