TEMANGGUNG - Kurang lebih sebanyak 15.000 hingga 16.000 peserta yang telah ikut Sekolah Lapang Iklim (SLI), tersebar merata di seluruh nusantara sejak pertama SLI tahun 2011 lalu.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan.saat pada Forum Group Discussion (FGD) SLI dalam rangka Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Nasional tahun 2022 di Soropadan Agro Expo, Pringsurat, Kabupaten Temanggung.
"Belasan ribu peserta SLI ini dari Sabang sampai Merauke," katanya, Kamis (21/7).
Ia mengatakan, SLI merupakah salah satu upaya BMKG dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang digagas oleh Presiden RI Joko Widodo, sehingga ke depan ketahan pangan secara nasional bisa terwujud.
Tujuan utama dari SLI ini memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta dalam memahami iklim di setiap tahunnya, mengingat perubahan iklim akan berpengaruh pada hasil dari pertanian.
Menurutnya, ke depan memang perubahan iklim ini menjadi tantangan yang cukup besar bagi petani, pola pertanian juga harus bisa menyesuaikan dengan perubahan iklim yang terjadi.
"Dengan memahami iklim setidaknya bisa mengurangi tingkat kegagalan petani saat bercocok tanam," katanya.
Ia berharap, dengan SLI ini petani bisa memahami perubahan iklim yang terjadi, dengan demikian petani bisa menyesuaikan kapan waktu yang cocok untuk bertanam dengan hasil yang cukup bagus dan harga yang baik.
"SLI merupakan mekanisme untuk membantu petani memahami informasi iklim. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan iklim tantangannya cukup banyak, yaitu berdampak pada pertanian dan ketahanan pangan. Melalui SLI untuk membantu petani membaca tanda-tanda terkait iklim sehingga bisa mengelola pertaniannya dengan baik," katanya.
SLI dilaksanakan di seluruh Indonesia, setiap tahun ada di 60 lokasi. SLI terbukti menaikkan produktivitas pangan, secara nasional meningkatkan produktivitas 20-30 persen.
"Dampak dari SLI sudah bisa dirasakan langsung oleh petani, pola tanam hingga adanya peningkatan produksi pertanian," katanya.
Staf Ahli Kepala BMKG Herizal menambahkan, pertanian di Indonesia sebagian besar masih terbuka, sehingga berkaitan erat dengan perubahan iklim. Dengan SLI ini petani menjadi punya bekal dalam bertani.
"SLI ini sangat bermanfat bagi petani, mereka menjadi lebih memahami pola tanam yang disesuaikan dengan cuaca dan iklim yang ada, sekarang petani sudah mempertimbangkan iklim dalam pola tanam mereka," katanya.
Menurut dia kegiatan SLI ini berawal dari ketahanan pangan berupa padi, tetapi dalam perjalanannya pertanian bukan hanya padi, tetapi juga ada sektor lain seperti hortikultura dan tanaman keras.
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Tengah Sukasno menyampaikan FGD ini merupakan rangkaian kegiatan SLI tahun 2022 yang diselenggarakan Stasiun Klimatologi Jateng.
FGD ini diikuti 50 peserta dari lima kecamatan di Kabupaten Temanggung yang pernah dilaksanakan SLI operasional, yakni Kecamatan Pringsurat, Kedu, Tlogomulyo, Kaloran dan Kecamatan Kledung. (set)