TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Masyarakat di sekitar Situs Liyangan kembali menggelar Nyadran Kali (mata air), setelah dua tahun tradisi ucapan rasa syukur kepada Maha Kuasa atas melimpahnya sumber mata air dan rezeki ini tidak digelar lantaran pandemi Covid-19.
Tradisi nyadran kali ini mengambil tema Merti Tirta Amerta Bhumi, sebagai ucapan rasa syukur masyarakat kepada sang pencipta. Mereka mengarak gunungan yang terbuat dari hasil bumi. Selain itu juga tumpeng dan ingkung ayam jantan dan berupa-rupa jajan pasar.
Kegiatan yang diawali dengan ritual pengambilan air suci ini berlangsung dengan sangat khidmat, melibatkan masyarakat adat di sekitar Situs Liyangan dan lereng Gunung Sindoro. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan berebut gunungan yang tersusun dari hasil bumi.
Salah satu peserta yang ikut berebut gunungan, Nuarni dari Desa Purbosari menyampaikan, bahwa dengan berebut gunungan akan mendatangkan berkah tersendiri.
Setelah didoakan kemudian diarak menuju ke Situs Liyangan, kembali gunungan didoakan dan kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Dalam kepercayaan warga sekitar barang yang didapat dari gununga itu akan membawa keberkahan dan kebaikan.
"Saya dapat buah dan ayam, Alhamdulillah," ucap Dani salah satu warga setempat Minggu (30/10).
Menurutnya, dari kepercayaan masyarakat jika mendapatkan buah akan mendapatkan keberuntungan, sedangkan mendapatkan ayam akan mendapatkan jodoh.
"Semoga saja segera mendapatkan jodoh, karena saya memang masih jomblo," harapnya.
Bupati Temanggung HM Al Khadziq mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud syukur masyarakat Liyangan yang setiap tahun rutin dilaksanakan. Festival Budaya Liyangan, salah satunya merupakan kegiatan untuk mengingat dan meneladani hal-hal yang menjadi peninggalan nenek moyang.
“Festifal Budaya Liyangan setiap tahun tambah maju, tambah meriah dan tambah berkualitas. Kualitas penyelenggaran kegiatan, kualitas ritual yang tambah hikmat, pengunjung yang tambah banyak. Pengunjungnya bukan hanya dari Temanggung, tetapi dari luar Kabupaten Temanggung. Memang benar, Liyangan ini pusat peradaban manusia yang paling tua di pulau Jawa, masyarakat Liyangan dapat menguri-uri budaya peninggalan leluhur, bukan hanya candi, tetapi juga budi pekerti, amal dan lain sebagainya,” tuturnya.
Bupati berharap, Festival Liyangan ini dapat menjadi panduan bagi anak cucu dalam menghadapi masa depan. Dengan berdasar pada kearifan lokal dan nilai-nilai budaya nenek monyang dalam menghadapi masa depan yang lebih berkarakter dan lebih kuat lagi, karena semua nilai-nilai adat, nilai-nilai budaya ditampilkan dalam festival budaya ini sebagai pedoman bagi generasi selanjutnya. (set)