Kepala Sekolah di Magelang Mendukung, Siswa Bawa Lato-lato di Sekolah Bisa Dihukum

Kamis 19-01-2023,08:43 WIB
Reporter : Larasati Putri
Editor : Wiwid Arief

KOTA MAGELANG, MAGELANEKSPRES.DISWAY.ID - Wacana pelarangan siswa PAUD, TK, SD, dan SMP membawa mainan lato-lato ke sekolah di Kota Magelang mendapat dukungan dari seluruh kepala sekolah dan wali murid. Alhasil, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang pun resmi membuat payung hukum berupa surat edaran (SE) tentang larangan membawa alat mainan itu karena akan menimbulkan suara bising.

Kepala Disdikbud Kota Magelang, Imam Baihaqi mengatakan, sebelumnya pihaknya baru berwacana melarang siswa membawa lato-lato ke sekolah. Namun, setelah diadakan rapat di seluruh sekolah, kepala sekolah justru menyarankan agar Disdikbud mengeluarkan surat edaran.

"Awalnya, kami berencana membuat imbauan saja, tetapi kepala sekolah dan wali murid justru menginginkan agar imbauan ini lebih serius, sehingga kami keluarkan surat edaran tentang larangan membawa mainan lato-lato," kata Imam, saat dihubungi, Rabu (18/1).

SE bernomor : 421.1/0226/230 tertanggal 16 Januari 2023 itu telah didistribusikan ke seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan Disdikbud Kota Magelang. Selain melarang siswa membawa lato-lato, di dalam SE juga tertuang edukasi kewaspadaan bahaya penggunaan nitrogen cair siap saji atau chiki ngebul.

"Walaupun di Kota Magelang kasus (keracunan ciki ngebul) belum ada, tapi kami tidak ingin kecolongan. Oleh karena itu, kami mengimbau seluruh warga sekolah, untuk tidak mengonsumsi makanan tersebut karena terlalu berisiko," imbuhnya.

Dengan kata lain, pihaknya juga menyarankan seluruh sekolah menyediakan kantin yang sehat. Termasuk orangtua siswa juga diminta supaya membekali anak-anak makanan dari rumah.

"Tujuannya agar anak-anak tidak jajan sembarangan. Minimal ada kantin sehat di sekolah, atau bawa makanan dari rumah," tuturnya.

Selain larangan membawa lato-lato dan edukasi tentang makanan ciki ngebul, Baihaqi juga mendesak pihak sekolah dan orangtua siswa mulai mengontrol penggunaan media sosial maupun gawai milik peserta didik.

Sebab, pandemi Covid-19 yang menyebabkan pembelajaran harus menggunakan gawai, secara tidak langsung memaksa siswa agar menggunakan smartphone dalam jangka waktu yang lama.

"Penggunaan smartphone secara terus menerus membuat anak-anak susah untuk meninggalkannya. Apalagi, saat pembelajaran daring, hape seolah-olah malah diwajibkan, sekarang mereka terbiasa sehingga tidak bisa kalau harus meninggalkannya," tuturnya.

Oleh karena itu, menurutnya, pihak sekolah perlu menekankan tentang etika menggunakan smartphone dan media sosial. Hal ini untuk mencegah penyimpangan penggunaan gawai tersebut.

"Anak-anak juga butuh pendampingan dari orangtua, agar mereka tidak kebablasan menggunakan smartphone itu seperlunya saja," tandasnya. (wid/mg4)

Kategori :