MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Audio visual mengambil peran penting dalam penyuluhan pertanian, hal ini dapat memudahkan petani dalam memahami informasi, sekaligus meningkatkan jumlah audiens untuk mengaksesnya.
Tergugah, mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) melakukan kegiatan penyuluhan dengan menggunakan video explainer.
Explainer video berisi video animasi sederhana berdurasi singkat, dengan bahasa yang mudah dipahami dan dirancang agar audiens mudah memahami pesan yang ingin disampaikan.
Ketertarikan generasi muda terhadap teknologi, memberikan angin segar terhadap perkembangan sector pertanian. Mereka berperan penting dalam mempercepat transfer pengetahuan dan inovasi bidang pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak generasi muda untuk meningkatkan kreatifitas dan menguasai teknologi. Menurutnya, ketahanan pangan membutuhkan tangan – tangan kreatif anak muda.
“Frame academic intellectual tidak terbatas lagi sekarang karena dunia terbuka dengan pertumbuhan teknologi dan informatika yang semakin canggih. Sekarang orang bisa belajar hanya melalui gadgetnya” jelas Menteri Syahrul.
Ia mendorong anak muda untuk tidak kalah dari negara lain, karena menurutnya tidak adalagi sekat dimana sains, riset dan teknologi dapat diakses secara terbuka.
Disampaikan pula oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, bahwa Ia dan jajarannya terus mendorong tumbuh dan berkembangnya generasi milenial di sector pertanian.
“Kementerian Pertanian, melalui BPPSDMP, focus pada upaya mencetak generasi milenial yang andal, kreatif, professional, inovatif, dan unggul tentunya dalam penguasaan teknologi pertanian”, sebut Dedi.
Hal ini mendorong Azhira Azzahra, mahasiswa program studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan Polbangtan YOMA untuk membuat explainer video mengenai pemanfaatan limbah pertanian.
Melalui video yang Ia buat, Azza mengajak petani di Desa Kapuhan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang untuk memanfaatkan kotoran sapi, limbah kubis, dan limbah baglog jamur menjadi pupuk organic. Dengan pengolahan limbah menjadi vermikompos, menurutnya, mampu meningkatkan pendapatan petani.
“Sebelumnya petani tidak mengolah kotoran sapi. Mereka langsung menggunakannya sebagai dasaran sebelum menanam sayur. Sedangkan limbah sayuran terbengkalai begitu saja, menyebabkan pencemaran.” jelas mahasiswa tingkat akhir ini.
Namun setelah mengolah limbah pertanian ini, Ia mengatakan petani bisa menjual pupuk olahan ke kelompok tani lainnya, sehingga meningkatkan pendapatan kelompok tani.
Video yang Ia buat telah melalui serangkaian uji kelayakan, sehingga mudah dimengerti oleh petani di Desa Kapuhan, yang 45 % petaninya berlatar pendidikan sekolah dasar.
Di samping itu, dengan menggunakan explainer video memungkinkan desiminasi informasi antar petani. Dengan kemudahan akses ini, Ia berharap akan semakin banyak petani yang bisa mengadopsi pengolahan limbah dengan cara vermikompos.