BACA JUGA:Pelaksanaan Proyek Strategis Daerah Molor, Wabup Wonosobo : Pengerjaannya Sangat Mepet
"Ketika saya ikut GLF Afrika itu sempat dibahas terkait dampak dari penggurunan yang mengakibatkan busung lapar, bahkan matinya flora dan fauna dengan memanfaatkan tumbuhan kelor," ungkap Abdul Hakim.
Abdul Hakim menceritakan program yang ditaja oleh United Nations itu membuatnya termotivasi untuk terus mengembangkan pemanfaatan pohon kelor terutama saat melihat masifnya jamur patek pada tanaman cabai milik petani di Wonosobo.
"GLF tersebut membuat saya terdorong untuk berinovasi. Karena kelor ini kandungannya masuk super food seperti spirulina dan alga merah, bahkan nutrisi kelor lebih dari itu," jelasnya.
Inovasinya juga didukung oleh banyaknya stok pohon dan bibit kelor yang terletak di hutan kawasan PT Tirta Investama sehingga menurut Abdul Hakim baginya untuk turut memfasilitasi petani di Wonosobo.
"Saya berpikir begini, kenapa pengalaman yang saya miliki itu tidak diterapkan saja di Wonosobo. Apalagi kita punya banyak stok sekitar 200 lebih pohon kelor termasuk bibit-bibitnya," terangnya.
BACA JUGA:Nobar Gala Premier Film Pendek, Mahasiswa Tolak Perilaku Bullying
Abdul Hakim mengatakan sempat membaca sebuah jurnal khusus membahas tentang manfaat kelor untuk kesehatan tumbuhan yang diterbitkan oleh salah satu universitas negeri ternama di Indonesia.
"Observasi ini sebetulnya sudah pernah dibahas di sebuah jurnal. Tapi ketika saya pelajari sepertinya temuan tersebut belum diaplikasikan ke lapangan. Kemudian kami coba mengembangkan ide itu sampai akhirnya lahir inovasi POC dari daun kelor," tandasnya.
Fasilitator Taman Kehati, Ngabidin memaparkan proses pembuatan POC dari daun kelor membutuhkan waktu sekira enam bulan, mulai dari pemanenan daun kelor, pengeringan, penggilingan jadi serbuk, hingga meramunya menjadi cairan herbal untuk mengatasi permasalahan petani cabai.
"Untuk bisa menghasilkan sebuah produk POC ini cukup panjang prosesnya. Tidak jarang juga kita menemukan kegagalan ketika uji coba tapi syukur kalau sekarang penemuan ini bisa lahir dan bisa ditawarkan solusinya ke petani," kata Ngabidin.
Ngabidin mengatakan, sebelumnya ia bersama tim sudah melakukan percobaan POC tersebut ke media tanaman cabai di komplek Taman Kehati PT Tirta Investama Wonosobo. Setelah beberapa kali melalui uji coba, akhirnya POC daun kelor mampu menghambat penyebaran jamur patek, bahkan mematikan hamanya.
BACA JUGA:BREAKING NEWS! Adik Bupati Muratara Dibunuh, Massa Beri Aksi Balas Dendam Bakar Rumah 2 Pelaku
"Kita sudah lihat sendiri ternyata hasilnya bagus. Awalnya kita ingin POC ini bisa menghambat penyebaran patek karena dia sifatnya mudah menular, tapi ketika kita uji coba terus kok ternyata kelor bisa membasmi juga," katanya.
Ia mengaku sudah melakukan sosialisasi hasil implementasi inovasinya kepada kelompok tani di Kelurahan Kejiwan Wonosobo. Upaya tersebut disambut baik oleh petani yang notabene mayoritas penanam sayur-mayur dan cabai.
"Sebagai permulaan kita baru kerjasama dengan petani-petani di Kejiwan. Respon mereka bagus sekali dan menerima baik atas tawaran kami," ucapnya.