Di lokasi stasiun tersebut, sudah tidak ada penanda tulisan stasiun secang. Namun masih terdapat tiang telegraf di sekitar sana.
Tiang tersebut berfungsi sebagai sinyal yang berguna untuk mengamankan kereta api yang hendak masuk stasiun dan keluar dari stasiun.
Seiring berjalannya waktu, terutama memasuki tahun 1960an akhir.
Stasiun Secang menjadi sepi. Padahal sebelumnya stasiun ini ramai dikunjungi.
Jalur-jalur yang tersedia pun nyatanya tidak bertahan lama.
Akhirnya jalur tersebut ditutup, yaitu Magelang-Ambarawa berhenti aktif 1967 dan jalur Parakan-Secang berhenti aktif pada 1973.
Hal tersebut terjadi karena banyaknya transportasi lain sebagai pilihan.
Bangunan utama Stasiun Secang memiliki warna putih.
Hingga kini, bangunan itu masih ada.
Selain bangunan utamanya, di halamannya juga masih tersisa besi panjang rel kereta api.
Bila diurut atau ditelusuri lebih lanjut, rel kereta api tersebut menghilang tertutup oleh rumah-rumah penduduk.
Selain itu, sumber lain juga menyebutkan bahwa banjir lahar dingin Gunung Merapi pada Desember 1976 yang merusak Jembatan Krasak membuat jalur Yogyakarta-Magelang terputus.
BACA JUGA:Mengenang Kejayaan Bioskop Kresna Kota Magelang: Jejak Legendaris Hiburan yang Populer Era 60an
Kini, Stasiun Secang sudah dinonaktifkan.
Artinselain menyisakan bangunana bekas, Stasiun Secang juga menyisakan cerita-cerita mengesankan dari masyarakat pada zaman itu.
Tak hanya itu, stasiun ini memiliki nilai sejarah tentang transportasi zaman dulu di Magelang yang tentunya patut untuk dilestarikan. (*)