MAGELANGEKSPRES -- Hari ini, 26 Oktober 2023, 13 tahun yang lalu adalah tragedi kelam erupsi Merapi.
Tanggal 26 Oktober menjadi hari kelam bagi warga di lereng Merapi khususnya di sisi selatan.
Mengingat 13 tahun tragedi tersebut, publik dikenal dengan keteguhan Mbah Marijan, yang merupakan juru kunci yang menjaga Gunung Merapi.
BACA JUGA:7 Mitos Gunung Merapi Paling Populer, Nomor 4 Ada Lokasi Jual Beli Makhluk Gaib
Pada peristiwa tersebut, juga terdapat kisah tentang bisikan misterius yang dialami oleh salah satu warga di sisi selatan Gunung Merapi yang menyelamatkannya.
Serangkaian letusan Gunung Merapi pada bulan Oktober 2010, dengan letusan terbesar terjadi pada tanggal 4 dan 5 November 2010, menyebabkan 288 nyawa melayang, termasuk juru kunci Mbah Marijan.
BACA JUGA:5 Tempat Ngopi Terbaik di Boyolali! Langsung Disuguhi View Gunung Merbabu Merapi
Sosok juru kunci yang ditugaskan oleh Keraton Yogyakarta untuk 'menjaga' salah satu gunung paling aktif di dunia ini terus teringat masyarakat hingga saat ini.
Mbah Marijan menolak untuk dievakuasi saat terjadi erupsi di kampungnya di Kineharjo, Sleman, meskipun sudah dibujuk oleh pihak Keraton untuk mengungsi.
Dia berpendapat bahwa jika dia mengungsi, hal tersebut akan menimbulkan persepsi kepanikan di kalangan warga.
BACA JUGA:Gunung Bibi, Gunung Keramat yang Dipercaya Sebagai Pelindung Dari Awan Panas Merapi
Juru kunci yang bernama asli Mas Penewu Suraksohargo itu mempersilakan warga menuruti anjuran pemerintah sekaligus raja keraton Yogyakarta untuk mengungsi.
Akhirnya, pada tanggal 26 Oktober 2010, Desa Kineharjo disapu oleh wedus gembel atau awan panas yang menyebabkan Mbah Marijan meninggal dunia.
BACA JUGA:Kronologi Jembatan Kaca The Geong Pecah, 1 Tewas 2 Luka Parah
Informasi ini dirangkum dari laman Dinas Kebudayaan DIY, mengenai kisah bisikan misterius yang dialami oleh Tugiman dan istrinya, warga Desa Glagahmalang, Glagahharjo, Cangkringan, Sleman yang juga merupakan staf kecamatan Cangkringan.