Masyarakat Dieng berharap kebaikan dan keberkahan untuk desanya, karena mereka mempercayai dalam tradisi ini ketika anak-anak sudah dipotong rambutnya.
Anak-anak tersebut dapat mendatangkan rezeki dan dapat hidup seperti orang pada umumnya yang tidak berambut gimbal.
Bagi masyarakat Dieng, tradisi ini merupakan sebuah bentuk komunikasi budaya dengan menggunakan story atau cerita sebagai medianya.
Masyarakat sering menggunakan ruwatan rambut gimbal ini sebagai topik obrolan yang hangat dan menarik dengan menggunakan bahasa asal daerah mereka.
Tradisi ruwatan rambut gimbal sudah dilakukan sejak dahulu kala secara turun temurun dan masih dilakukan hingga saat ini.
Hal ini membuktikan jika masyarakat Dieng masih dengan baik menjaga tradisi dan warisan leluhurnya, mungkin pada beberapa prosedurnya telah mengalami pergeseran.
Namun, pada hakikatnya makna atau esensi dalam ruwatan rambut gimbal tersebut tetaplah sama. (*)