MERTOYUDAN, MAGELANGEKSPRES - Warga di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang menggelar tradisi Bajong Banyu dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Pada tahun ini tradisi melempar air tersebut diadakan, pada Minggu (3/3).
Prosesi tersebut dimulai sekira pukul 13.00 WIB, dari lapangan dusun setempat. Tokoh masyarakat, perangkat, kepala desa dan warga berkumpul untuk bersiap mengambil air suci di Sendang Kedawung. Meski diguyur hujan, warga yang menyaksikan pun tetap terlihat antusias.
"Bajong Banyu adalah sarana untuk membersihkan diri kita dari dosa, sebelum melaksanakan puasa di bulan Ramadan," terang Kepala Desa Banjarnegoro, Muhamad Mustokhi sesaat sebelum prosesi dimulai.
BACA JUGA:Suara Prabowo-Gibran Unggul di Kabupaten Magelang
Selanjutnya, para peserta prosesi Bajong Banyu yang berpakaian adat Jawa berjalan sekira 100 meter menuju Sendang Kedawung untuk mengambil air di sendang itu dan dimasukkan ke dalam tempayan kecil. Mereka berjalan beriringan dengan diiringi suara gamelan.
Tempayan yang sudah diisi air, diarak kembali menuju ke lapangan. Air yang ada, dikumpulkan ke dalam sebuah gentong yang ada di tengah lapangan, yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah air terkumpul di gentong, dan digunakan untuk membasuh tangan dan wajah dari beberapa peserta prosesi, warga masyarakat pun saling melempar air yang sebelumnya sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Acara dilanjutkannya dengan pertunjukan kuda lumping, yang juga berasal dari dusun setempat. Pertunjukan itu, diteruskan kembali setelah pukul 19.00 Wib hingga larut malam, setelah istirahat saat adzan Magrib berkumandang.
Sementara itu, tokoh penggagas acara acara Bajong Banyu, Tri Setyo Nugroho, mengatakan bahwa, tradisi Bajong Banyu adalah sebuah kegiatan pengembangan dari tradisi padusan yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan, sekaligus sebagai tradisi penghormatan kepada air.
BACA JUGA:Hendak Tawuran, 5 Pelajar Bersajam Diamankan Polresta Magelang
"Bajong Banyu adalah, bentuk penghormatan kepada air yang dianggap sebagai sumber kehidupan. Air yang ada di sendang Kedawung, dahulu menjadi sumber air yang utama," terang Tri Setyo.
Tri Setyo Nugroho, yang akrab disapa Gepeng ini menambahkan bahwa, filosofi dari mengambil air itu sebenarnya adalah, untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya air dalam kehidupan.
"Bahwa air dari Sendang Kedawung menggambarkan bagaimana Tuk Kedawung sudah menghidupi warga dusun, jauh sebelum PDAM masuk di dusun ini. Tuk ini dulunya juga sering digunakan untuk aktivitas warga dalam mandi dan mencuci baju. Meskipun hal itu masih dilakukan hingga sekarang, namun hanya segelintir warga dusun saja yang masih melakukannya, karena kan sudah ada air dari PDAM," imbuhnya.
"Ini adalah Bajong Banyu yang ke-10, sempat terhenti saat ada Covid-19 kemarin," pungkas Gepeng. (hen)