WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Wonosobo, Dr Jaelan mengungkapkan, vaksin demam berdarah dengue (DBD) masih mahal. Ia meminta masyarakat mencegah penyebaran.
"Vaksin DBD masih mahal karena biaya mandiri, belum ada program ke sana. Tapi banyak alternatif lain untuk mencegah penyebarannya," katanya kepada Wonosobo Ekspres baru-baru ini.
Dr Jaelan membeberkan, ada sejumlah vaksin yang bisa digunakan untuk menghindari risiko penularan virus dengue. Harga vaksin paling rendah hingga Rp 1,7 juta lebih, dan dinilai lebih aman untuk menjaga daya tahan tubuh di tengah maraknya kasus DBD di Wonosobo.
BACA JUGA:93 Warga Wonosobo Terkonfirmasi DBD Selama 3 Bulan Terakhir, Kasusnya Tertinggi
Sebelumnya, ia juga mengungkapkan bahwa ada sebanyak 93 orang terkonfirmasi DBD, tercatat semenjak Januari - Maret 2024 lalu. Sementara suspeknya hampir sebanyak 600 orang di Wonosobo.
Temuan itu dianggap sebagai kasus dengan angka tertinggi dari tahun-tahun lalu. Jaelan sendiri menyebut, baru kali ini menemukan 90-an pasien DBD hanya dalam kurun waktu 3 bulan saja.
"Setahu saya ini yang tertinggi, karena dalam laporan tahunan, belum pernah menyentuh angka 90 kasus di Wonosobo. Tapi kali ini baru 3 bulan di tahun 2024, semoga saja tidak semakin bertambah," ujarnya.
Melihat fenomena tersebut, dirinya mengatakan vaksinasi dengue bisa menjadi solusi walaupun harus dengan membayar biaya yang tak sedikit.
Namun demikian, masih ada alternatif mudah lainnya, untuk bisa menekan lonjakan kasusnya.
BACA JUGA:Disparbud Wonosobo Wanti-wanti Drone Liar di Hari Puncak Festival Mudik Balon Udara
"Vaksin itu bagus dan aman sekali, tapi mungkin tidak semua orang bisa menggunakan solusi tersebut. Ada cara-cara lain yang jauh lebih sederhana dan mudah dilakukan masyarakat, tentunya untuk mencegah," ucapnya.
Dijelaskan, salah satu antisipasi penyebaran dengue yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan. Setidaknya, masyarakat harus membersihkan tempat-tempat yang berpotensi dijadikan sarang berkembangnya nyamuk, minimal seminggu sekali.
Pasalnya, siklus hidup nyamuk mulai dari telur sampai dewasa hanya membutuhkan waktu selama 7 hari. Dengan melakukan 3M, yaitu menutup, menguras, dan mendaur-ulang barang yang mungkin ditempati nyamuk, diharapkan bisa mengurangi potensi peningkatan kasus DBD.
"Kan aides ini spesifikasinya dia bertelur di air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, makanya 3M perlu diterapkan," imbaunya.
Dilanjutkan, antisipasi selanjutnya adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Beberapa ciri tempat yang beresiko ditinggali nyamuk di antaranya tempat lembab dan tempat yang kurang pencahayaan.