Diantara dalil yang menunjukkan hal ini adalah :
Pertama, hadis dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من اغتسل يوم الجمعة ثم مس من طيب امرأته إن كان لها و لبس من صالح ثيابه ثم لم يتخط رقاب الناس و لم يلغ عند الموعظة كانت كفارة لما بينهما و من لغا أو تخطى كانت له ظهراSiapa yang mandi di hari Jumat, lalu memakai minyak wangi istrinya jika dia punya, lalu memakai pakaian yang paling bagus, tidak melangkahi pundak jamaah, dan tidak bertindak lagha, maka Jumatannya akan menjadi kaffarah antara dua Jumat. Sementara siapa yang melakukan tindakan lagha atau melangkahi pundak jamaah, maka dia hanya mendapat pahala shalat zuhur. (HR. Ibnu Khuzaimah 1810 dan dishhaihkan al-Albani).
BACA JUGA:Larangan Ketika Khutbah Jumat, Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam
Dalam riwayat lain dinyatakan,
وَمَنْ تَكَلَّمَ فَلاَ جُمُعَةَ لَهُSiapa yang berbicara maka tidak ada pahala Jumatan baginya. (HR. Ahmad 719 dan didhaifkan Syuaib al-Arnauth).
Kedua, hadis dari Ubay bin Ka’b Radhiyallahu ‘anhu
Bahwa ketika khutbah Jumat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan surat al-Mulk, dan ayyamullah (hari dimana Allah memberi kenikmatan bagi ornag baik dan hukuman bagi orang jahat). Tiba-tiba Abu Dzar mencubitku dan bertanya,
“Kapan surat ini turun? Saya belum pernah mendengarnya kecuali saat ini.”
Lalu Ubay bin Ka’b berisyarat, menyuruh Abu Dzar untuk diam.
Seusai Jumatan, Abu Dzar bertanya lagi,
"Aku tanya kepadamu, kapan ayat itu diturunkan, namun kamu tidak memberi tahukannya."
Lalu Ubay mengatakan,
لَيْسَ لَكَ مِنْ صَلَاتِكَ الْيَوْمَ إِلَّا مَا لَغَوْتَ"Kamu tidak mendapatkan apapun dari ibadah Jumatanmu selain tindakan lagha yang kamu lakukan."
BACA JUGA:Doa Mustajab di Hari Jumat, Ini Dua Waktu yang Dianjurkan Ulama
Kemudian Abu Dzar melaporkan ini kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk apa yang diucapakn Ubay. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenarkan Ubay. (HR. Ahmad 21287 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).