Pada sore hari juga diisi prosesi Kenduri Praja serta kirab gunungan yang berisi hasil bumi.
“Prosesi kenduri Praja memang sudah menjadi rangkaian rutin Metri Lingkungan, tapi untuk kirab hasil bumi baru tahun ini kita gelar sebagai simbol ungkapan syukur warga kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, salah satunya adalah hasil bumi yang melimpah,” kata Ketua RW 02 selaku Ketua Panitia Metri Lingkungan, Joko Wagiyono ST.
Pagelaran wayang kulit bukanlah kegiatan satu-satunya acara dalam peringatan metri Lingkungan.
BACA JUGA:Pemkab Purworejo Bidik Penghargaan Swasti Saba, High Level Meeting Penilaian KKS Digelar
Beberapa hari sebelumnya, warga melakukan sejumlah kegiatan, yakni bersih lingkungan di lokasi-lokasi umum, bersih makam, dan bersih sumur tua yang ada di wilayah setempat.
“Bersih sumur tua tidak bertujuan untuk musrik atau mendewakan keberadaannya. Namun, ini merupakan wujud kepedulian terhadap alam,” ungkapnya.
Kendati sempat diwarnai hujan lebat, ratusan orang memadati area lapangan voli RT 04 RW 02 yang menjadi lokasi pagelaran wayang kulit dalam rangka memperingati Metri Lingkungan RW 1 dan RW 2.
Tampak pula sejumlah tamu undangan VIP, di antaranya Camat Banyuurip, Galuh Bakti Pertiwi SSTP MM, yang hadir bersama jajaran Forkopimcam Banyuurip, serta Lurah Kledung Karangdalem Agus Susiswo Heri Santoso SIP.
Malam itu, Camat Banyuurip juga melakukan penyerahan lakon wayang secara simbolis kepada dalang Ki Gunawan Hadi Widodo menandai dimulainya pagelaran.
“Petunjukkan wayang kulit digelar oleh warga setiap tahun dengan dalang dan lakon yang berbeda-beda,” ujar tokoh masyarakat, Retno Waluyo.
BACA JUGA:Kades di Bener Purworejo Ditahan Terkait Dugaan Korupsi Penyaluran Pupuk Subsidi
Kecintaan warga terhadap wayang kulit di wilayah ini sungguh kuat.
Terbukti, sejak zaman Belanda silam hingga sekarang, baru sekali warga tidak menggelar wayang kulit untuk menyemarakkan metri lingkungan.
“Berdasarkan catatan, pernah sekali tidak menggelar wayang kulit, yakni pada saat zaman penjajahan Jepang. Saat itu warga tidak mampu menggelar karena situasi ekonomi lemah akibat perang,” imbuhnya.