Tradisi Metri Lingkungan Kelurahan di Purworejo, Sejak Zaman Belanda Hanya Sekali Absen Gelar Wayang Kulit

Rabu 15-01-2025,16:30 WIB
Reporter : Eko Sutopo
Editor : Nur Imron Rosadi

BACA JUGA:KPU Sampaikan Usulan Pengesahan Paslon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih, DPRD Segera Jadwalkan Rapat Paripurna

Tak beda dengan wilayah lainnya, tradisi metri lingkungan di Kledung Karangdalem merupakan wujud ungkapan syukur warga sekaligus sebagai upaya melestarikan kebudayaan Jawa.

Lebih dari itu, Metri lingkungan di wilayah ini juga mengandung maksud untuk mendukung pemerintah dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan.

“Saya memberikan apresiasi kepada warga karena dengan kegiatan seperti ini tradisi gotong royong akan terjaga. Jika gotong royong terjaga, maka persatuan dan kesatuan warga pun ikut terjaga. Alhamdulillah ini tahun ketiga saya di Kledung Karangdalem bisa menghadiri Metri Lingkungan seperti ini,” kata Lurah Kledung Karangdalem.

BACA JUGA:KH R Dawud Masykuri Terpilih Jadi Rois Syuriah, H Muhammad Haekal Ketua Tanfidziyah PCNU Purworejo 2025-2030

Apresiasi juga disampaikan Camat Banyuurip.

Menurutnya, metri desa merupakan salah satu wadah untuk mempertahankan budaya gotong royong dan tepo seliro yang harus terus dilestarikan.

Melalui momentum metri desa juga diharapkan masyarakat mampu menjaga keselarasan antara manusia dan lingkungannya.

BACA JUGA:Pedagang Kuliner Pantai Dewaruci Purworejo Bakal Dipindah ke Kios Baru 30 April 2025

“Sementara adanya pagelaran wayang kulit merupakan wujud melestarikan budaya adiluhung. Wayang selain sebagai media tontonan sekaligus menjadi tuntunan bagi masyarakat,” ucap Galuh Bakti Pertiwi dalam bahasa Jawa.

Lebih dari itu, sambungnya, pagelaran wayang kulit yang diminati berbagai kalangan juga turut membangkitkan ekonomi masyarakat, khususnya sektor UMKM.

“Tadi saya lihat sepanjang jalan banyak pelaku UMKM yang berjualan. Semoga tradisi positif ini dapat terus dilestarikan dan memberikan manfaat bagi banyak pihak,” tandasnya.

Kategori :