Menipu Niat

Kamis 25-09-2025,05:00 WIB
Reporter : Abu Hammam
Editor : Suroso

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau berada di Tabuk bersabda,

إنَّ بِالمَدِينَةِ أقْوامًا ما قَطَعْنا وادِيًا ولا وطِئْنا مَوْطِئًا يَغِيظُ الكُفّارَ ولا أنْفَقْنا نَفَقَةً ولا أصابَتْنا مَخْمَصَةٌ إلّا شَرِكُونا فِي ذَلِكَ وهُمْ بِالمَدِينَةِ

“Sesungguhnya di Madinah ada orang-orang yang tidaklah kita melewati sebuah lembah dan menempuh sebuah jalan yang membuat orang kafir murka, dan tidaklah kita bersedekah dan ditimpa kelaparan kecuali mereka juga mendapatkan pahala tersebut sedangkan mereka ada di Madinah.”

Para sahabat bertanya, Bagaimana bisa begitu ya Rasulullah? Kata Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam,

حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ فَشَرَّكُوا بِحُسْنِ النِّيَّةِ

“Ada udzur yang menghalangi mereka untuk berangkat, namun niat mereka membersamai kita.” (HR. Bukhari No. 4423)

BACA JUGA:Menggapai Derajat Wali Allah Terdepan dengan Merutinkan Amalan Sunnah

Oleh karenanya, niat menjadikan orang yang tidak ikut berperang bisa mendapatkan pahala seperti ikut berperang, orang yang tidak ikut berjihad mendapatkan pahala jihad.

Dalam riwayat lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إذا التقى المُسلِمانِ بسَيفِهِما فالقاتِلُ والمَقتولُ فى النّارِ». فقيل: يا رسولَ اللهِ، هذا القاتِلُ، فما بالُ المَقتولِ؟ قال: «لأنه أراد قَتلَ صاحِبِهِ

“Apabila dua orang muslim saling berhadapan dengan pedang mereka, maka pembunuh dan yang terbunuh berada di neraka. Sahabat pun bertanya: Duhai rasulullah, pembunuh berada di neraka, tapi mengapa yang terbunuh juga berada di neraka? Rasulullah ﷺ bersabda: karena dia juga ada keinginan membunuh saudaranya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Pada hadits tersebut Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyamakan niat dan keinginan buruk antara si pembunuh yang menyebabkan dia masuk neraka dan orang yang terbunuh yang jikalau bukan karena niatnya dia bisa masuk surga.

Menipu Niat

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang orang yang menipu niat dalam hadis berikut ini,

أيُّما رَجُلٍ أصْدَقَ امْرَأةً صَداقًا واللَّهُ يَعْلَمُ مِنهُ أنَّهُ لا يُرِيدُ أداءَهُ إلَيْها فَغَرَّها بِاللَّهِ  واسْتَحَلَّ فَرْجَها بِالباطِلِ لَقِيَ اللَّهَ  يَوْمَ يَلْقاهُ وهُوَ زانٍ، وأيُّما رَجُلٍ ادّانَ مِن رَجُلٍ دَيْنًا واللَّهُ يَعْلَمُ أنَّهُ لا يُرِيدُ أداءَهُ إلَيْهِ، فَغَرَّهُ بِاللَّهِ واسْتَحَلَّ مالَهُ بِالباطِلِ، لَقِيَ اللَّهَ  يَوْمَ يَلْقاهُ وهُوَ سارِقٌ

“Seorang laki-laki yang menjanjikan mahar kepada istrinya, sedangkan Allah tahu bahwa dia tidak ingin menyerahkan mahar tersebut, dan dia pun menipu istrinya dengan bersumpah atas nama Allah, menghalakan kemaluannya dengan cara yang bathil, maka dia akan bertemu Allah dengan label seorang pezina. Dan seseorang yang berutang kepada orang lain, sedangkan Allah tahu bahwa dirinya tidak mau melunasi utang tersebut, dan dia pun menipu pemberi utang dengan bersumpah kepada Allah, menghalalkan hartanya dengan cara yang bathil, maka dia akan bertemu Allah dengan label seorang pencuri.” (HR. Ahmad No. 18932)

BACA JUGA:Bukti Kasih Sayang Allah : Melipatgandakan Amal Baik dan Tidak Melipatgandakan Amal Buruk

Niat buruk bisa mengubah perbuatan mubah menjadi haram, perbuatan yang dibolehkan menjadi terlarang, dan perbuatan yang tidak ada dosanya menjadi perbuatan dosa.

Semua ini menguatkan apa yang diyakini seorang muslim akan urgensi dan agungnya kedudukan dan perkara niat, sehingga dia membangun semua amalannya di atas landasan niat yang baik.

Dia juga berusaha untuk tidak beramal tanpa disertai niat, atau dengan niat yang buruk.

Kategori :