Antara Harta Kita yang Sesungguhnya dan Harta Ahli Waris

Kamis 02-10-2025,05:00 WIB
Reporter : Abu Hammam
Editor : Suroso

MAGELANG EKSPRES-Tidak ada seorang pun melainkan lebih mencintai hartanya. Namun begitu, harta yang sangat dicintai itu akan ditinggalkan ketika mati.

Kata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa sesungguhnya harta kita adalah yang telah kita gunakan dan yang kita tinggalkan ketika mati maka telah berpindah menjadi harta ahli waris kita.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَعَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : ❲ أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيهِ مِنْ مَالِهِ؟ ❳ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ! مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ! قَالَ : ❲ فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ ، وَمَالَ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ ❳ . ❊ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ .

Darinya Ibnu Mas'ud juga, dia bercerita, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Siapakah di antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?' Para sahabat lantas menjawab, 'Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun di antara kami melainkan ia lebih mencintai hartanya.' Beliau menyahut, 'Sesungguhnya hartanya sendiri adalah yang telah ia gunakan, dan harta ahli warisnya adalah yang ia akhirkan, yakni tinggalkan'." (HR. Al-Bukhari)

BACA JUGA:Kisah Hakim bin Hizam dan Keberkahan Harta bagi Muslim

Secara tabiat, manusia lebih mencintai hartanya sendiri daripada harta orang lain. Anaknya pun seperti itu. Kadang kala, orang tua berusaha untuk tidak minta-minta sama anaknya. Dia kepingin hidup mandiri di rumah sendiri.

Sahabat ditanya, "Siapa di antara kalian yang harta ahli warisnya lebih dia cintai daripada harta dia sendiri?"

Enggak ada lah, masa orang cinta sama harta ahli warisnya? Ya sama harta dia tentunya!

Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memberikan penjelasan tentang harta manusia yang sebenarnya, agar dia sadar.

Kata Rasulullah, "Harta dia itu adalah yang dia keluarkan, yang dia bagikan, yang dia telah infakkan."
Sedangkan harta ahli warisnya adalah yang ditinggalkan dan disisakan.

Yang dia simpan itu milik ahli warisnya.

Jadi kadang kala dia menyimpan uang bukan buat dia, (tapi) buat ahli warisnya. Misaknya dia menyimpan uang sampai Rp10 miliar, kemudian mati maka dia akan dihisab dengan dua pertanyaan: Dari mana? Ke mana? Dan bisa jadi dia kerjanya hanya bisa menumpuk, menyimpan, tapi bukan memiliki.

Sementara itu, ahli warisnya dapat itu uang sebanyak itu, kemudian berangkat umroh, haji, membangun masjid. Bisa jadi ini ahli warisnya masuk surga dengan uang peninggalan orang tuanya dan orang tuanya itu justru masuk neraka.

BACA JUGA:Membangun Masjid Walaupun dengan Sedikit Harta Bisa Menjadi Ladang Pahala

Maka jangan sampai itu terjadi. Orang sudah capek, lelah, penat mengumpulkan harta, tahu-tahu mati maka anaknya yang menikmati fulus itu. Kemudian, anaknya berbagi, membangun masjid bukan buat orang tuanya taoi buat diri dia sendiri. Maka dia mendapatkan manfaat dari hartanya; dan orang tuanya tidak mendapatkan manfaat dan justru akan mendapatkan hisab.

Kategori :