Mengungkap Lembaran yang Terlipat dari Sejarah, Memori Palagan Magelang yang Tersisa di Kampung Tulung

Mengungkap Lembaran yang Terlipat dari Sejarah, Memori Palagan Magelang yang Tersisa di Kampung Tulung

SEJARAH. Rumah ini dulunya milik Lurah Moeso Atmoprawiro yang pada masa revolusi, difungsikan sebagai dapur umum sekaligus markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) Magelang di Kampung Tulung, Kelurahan Magelang.-DOKUMEN-MAGELANG EKSPRES

Titik awalnya bermula pada 23 September 1945.

Para pemuda Magelang memasang plakat dan bendera merah putih di sepanjang jalan, menandai tekad agar wilayah Kedu masuk ke dalam Republik Indonesia.

Namun, tentara Jepang menyobek salah satu plakat itu. Aksi itu memicu amarah massa. “Itulah yang menjadi awal pergolakan,” kata Bagus.

Beberapa hari kemudian, saat sekelompok pemuda mengibarkan bendera di puncak Gunung Tidar, letusan senjata terdengar. Lima orang tewas tertembak.

BACA JUGA:SMA Negeri 5 Magelang Gelar Pelatihan Jurnalistik untuk Siswa Ekstrakurikuler Arjuna

Magelang berubah tegang. Isu pembunuhan terhadap tentara Jepang menyebar cepat.

Sebanyak tujuh truk berisi seratus tentara Jepang masuk ke kota, disusul pasukan Gurkha dan Inggris yang datang melakukan penggeledahan peluru dan granat mulai bersahutan.

Rumah-rumah rusak, toko-toko tutup, dan warga bersembunyi di balik tembok.

"Dalam peristiwa itu, 42 orang pejuang dan warga gugur. Itu bukan sekadar angka. Mereka adalah anak-anak muda yang ingin mempertahankan kota ini untuk republik," jelasnya.

BACA JUGA:Dari Jepang ke Italia: Siswa SMP Mutual Menyusuri Dunia di Oktofest 2025

Pertempuran besar meletus sejak 31 Oktober hingga 2 November 1945. Di titik-titik seperti Alun-alun, Tuguran, dan Kampung Tulung, dentuman senjata tak berhenti sepanjang malam.

Hingga akhirnya, pimpinan pasukan Inggris di Magelang meminta gencatan senjata.

Presiden Soekarno dihubungi, dan pada 2 November 1945, ia memerintahkan penghentian pertempuran.

Soekarno datang langsung ke Magelang, ia berziarah ke makam para pejuang di Giri Dharmoloyo, menundukkan kepala di antara salib dan batu nisan yang masih berbau mesiu.

BACA JUGA:Ribuan Warga Meriahkan Jalan Sehat Hari Santri di Lapangan Kwarasan Kota Magelang

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: magelang ekspres

Berita Terkait