Menipu Niat
Menipu Niat--
Semua ini menguatkan apa yang diyakini seorang muslim akan urgensi dan agungnya kedudukan dan perkara niat, sehingga dia membangun semua amalannya di atas landasan niat yang baik.
Dia juga berusaha untuk tidak beramal tanpa disertai niat, atau dengan niat yang buruk.
Karena niat adalah ruh dan penjaga amalan, sah dan rusaknya sebuah amalan tergantung kepada niat, dan seseorang yang mengerjakan sebuah amalan tanpa kebaikan niat adalah pelaku riya dan dimurkai.
Seorang muslim ketika menyakini bahwa perbuatan mubah bisa berubah menjadi ketaatan yang berbuah pahala disebabkan niat, dan ketaatan jika kosong dari niat yang benar, bisa berubah menjadi menjadi kemaksiatan yang berbuah dosa dan hukuman.
Kita tidak boleh menganggap sebuah kemaksiatan yang dilandasi niat yang baik bisa mengubah menjadi ketaatan.
Seseorang yang melakukan ghibah guna menghibur hati orang lain tetaplah berdosa, niat baiknya tidak berguna di sini. Seorang yang membangun masjid dengan harta haram, tidak akan mendapat pahala.
BACA JUGA:Taubat, Amal dan Musibah, 3 Cara Pelebur Dosa yang Diberikan Allah
Orang yang mendatangi pesta-pesta joget dan mabuk-mabukan, atau membeli lotre dengan niat untuk mengembangkan proyek kebaikan, atau membiayai jihad atau semisalnya, dia adalah orang durhaka kepada Allah , berdosa dan tidak mendapatkan pahala.
Orang yang membangun kubah-kubah dikuburan orang-orang shalih, atau mempersembahkan sembelihan atau nadzar kepada mereka dengan niat mencintai orang-orang shalih, maka dia adalah orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala, berdosa karena amalnya, walaupun dia memandang niatnya baik, karena niat baik tidak mengubah kemaksiatan menjadi ketaatan, kecuali dalam perbuatan-perbuatan mubah yang diizinkan. Adapun perbuatan haram tidak bisa berubah menjadi ketaatan apapun keadaannya. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: