Eco-Cultural Tourism Paling Cocok Dikembangkan Kawasan Wonosobo Atas

Eco-Cultural Tourism Paling Cocok Dikembangkan Kawasan Wonosobo Atas

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Konsep pengembangan pariwisata berbasis kelestarian lingkungan sekaligus budaya dinilai menjadi salah satu gagasan yang paling sesuai untuk diterapkan di kawasan Kejajar-Garung dan sekitarnya. Hal itu dijabarkan tim Penyusun Kajian Akademik Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK) Kejajar-Garung dan sekitarnya dalam Focus Group Discussion (FGD) lanjutan di aula dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kamis (24/10). Menurut Kepala bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Edi Santoso. Total dokumen yang sudah dikaji dalam penelitian yang melibatkan tim Shirvano Yogyakarta sebanyak 16 Jurnal, 9 Skripsi, 4 Tesis, 2 Makalah, dan 2 Kajian. Berbagai wawancara hingga studi lapangan juga dilakukan untuk mendukung kajian itu. “Kami juga melibatkan lintas sektor dari dinas terkait, Camat Kejajar dan Garung, 9 ketua pokdarwis, kades di kawasan, hingga para praktisi pariwisata, pammboss, penggiat wisata, para ahli, dan generasi pesona Indonesia. dengan Kajian KSPK ini diharapkan ada arah yang jelas kawasan Dieng dan sekitarnya mau seperti apa,” ungkapnya saat membuka diskusi. Sebanyak 31 objek wisata di Kejajar Garung yang di dalamnya termasuk Geosite atau situs batuan yang dinilai sangat penting menjadi bahasan yang melibatkan para pemangku kebijakan. Bahkan munculnya gagasan Eco-Cultural Tourism atau konsep Pariwisata Alam dan Budaya sangat sesuai terlebih dengan kondisi alam yang juga pernah diwacanakan untuk diajukan menjadi Geopark atau taman bebatuan dunia. Baca Juga Tidak Bisa Berenang, Seorang Santri di Wonosobo Tewas Tenggelam di Sungai Wanganaji “Salah satu konsep Eco cultural tourism ini juga sudah diterapkan di Lugu Lake China dengan kondisi yang hampir sama dengan di Kejajar-Garung. Ada danau atau telaga, alam pegunungan, dan budaya setempat yang jadi atraksinya,” imbuhnya. Eco cultural tourism sendiri juga dinilai beririsan dengan konsep geopark yang memungkinkan untuk bisa menyiapkan Wonosobo ke pariwisata yang lebih besar di masa mendatang. Hal itu ditanggapi perwakilan Desa Dieng, Parman yang menilai bahwa kekayaan even budaya masyarakat Dieng diharapkan untuk bisa dijaga agar tidak semuanya ditampilkan di kawasan kota atau oleh Kabupaten. “Warga setempat di zona luar memang butuh dilibatkan, seperti yang di luar dieng, baik Kejajar, Garung,hingga Mojotengah dan Watumalang. Menurut kami, konsep seperti ini (Eco Cultural) bisa memungkinkan untuk atraksi kita semaki baik. Yakni bagaimana event jangan terpusat di kabupaten, harus ada yang dijaga untuk tetap ditampilkan di atas,” ungkapnya. Salah satu anggota tim Kajian, menyebut bahwa Konsep Pengembangan Eco Tourism yakni Pariwisata berbasis kelestarian lingkungan dan budaya didefinisikan sebagai konsep dimana aspek ekologi dan budaya dari sebuah landscape dikombinasikan untuk menciptakan sebuah tempat untuk wisatawan atau turis. “Prinsip dasar nya mulai dari kerjasama antar stakeholders hingga adanya aksi komunikasi aktif dalam setiap. Ini jgua mengusung Sustainable Tourism yakni dengan mengembangkan atraksi alam yang sudah ada dan meminimalisir pembangunan atraksi yang akan berimbas baik pada alam,” pungkasnya. (win)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: