Musim Tembakau, Awas, Upal Mulai Beredar di Temanggung

Musim Tembakau, Awas, Upal Mulai Beredar di Temanggung

MAGELANGEKSPRES.COM.TEMANGGUNG – Tingginya perputaran uang di Temanggung selama musim tembakau, sering dimanfaatkan oleh para pengedar uang palsu (upal) untuk melancarakan aksinya. Oleh karena itu masyarakat diminta waspada dan jeli ketika menerima uang saat melakukan transaksi. “Tidak hanya pedagang atau petani tembakau saja, tapi semua masyarakat harus waspada dan teliti,” pesan Kapolres Temanggung AKBP Muhamad Ali, kemarin. Apalagi katanya saat harga tembakau bagus, perputaran uang di Temanggung akan semakin tinggi. Para pengedar akan memanfaatkan momen-momen seperti  ini untuk menyebarkan upal mereka. “Berdasar informasi dari tahun ke tahun keramaian transaksi ekonomi di kala musim panen tiba kerap dimanfaatkan oknum tak bertanggungjawab untuk mengedarkan upal. Mereka berupaya ikut menangguk keuntungan dengan kejahatan mengedarkan upal,” katanya, Ia mengatakan, dari sejumlah kasus yang telah ditangani oleh Polres Temanggung, modus peredarannya selama ini biasanya dengan menyasar di pasar tradisional atau warung-warung kecil yang tidak ada alat pendeteksi upal. Sehingga para pedagang kecil kerap jadi sasaran pengedar. Baca Juga Cukai Rokok Naik, Harga Rokok Tak Terjangkau Masyarakat Temanggung “Mereka (pengedar) sudah cukup lihai, jadi akan memanfaatkan para pedagang kecil dan yang lainnya, terutama yang tidak ada deteksi upal di warungnya,” katanya. Para pengedar ini akan memanfaatkan jika pembelian sedang ramai sehingga pedagang kadang tidak sempat untuk melakukan pengecekkan dan langsung memasukkan uang ke dalam dompetnya. Mereka baru sadar setelah beberapa hari atau saat akan digunakan untuk kulak atau transaksi lagi. Para pengedar pun biasanya menggunakan pecahan Rp100 ribu atau Rp50 ribu, namun pembelanjaannya tidak dihabiskan, artinya ada sisa uang kembalian. Misal dengan Rp100 ribu untuk belanja Rp30 ribu, sehingga akan mendapat kembalian uang asli. Menurut Ali, salah satu cara agar tidak mendapat uang palsu jika tidak mempunyai alat pendeteksi adalah dengan menyempatkan diri untuk melakukan pengamatan terhadap uang yang baru saja diterima jika dirasa mencurigakan. Kecermatan menjadi kunci utama agar tidak menjadi korban pengedar upal. "Yang jelas yang palsu tidak memiliki ciri-ciri seperti pada uang asli, seperti pada simbol Bank Indonesia (BI), kemudian kalau diterawang jika asli ada hologram di uang palsu tidak ada. Untuk lembaran upal lebih tipis karena menggunakan kertas biasa sedangkan uang asli pakai kertas khusus. Upal juga kalau kena air akan luntur," katanya. Ia mengimbau, masyarakt untuk semakin meningkatkan kewaspadaannya, jangan sampai masyarakat dirugikan karena menerima upal. Jika memang mengetahui ada oknum yang mengedarkan upal segera melaporkan kepada aparat keamanan setempat. "Saya imbau masyarakat pada saat menerima transaksi itu untuk lebih berhati-hati. Harus disempatkan mengecek apakah uang itu asli atau palsu. Karena sebenarnya kalau dilihat dengan cermat ada perbedaan yang sangat kontras antara uang asli dengan yang palsu," ujarnya. (set)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: