Bhiksu 11 Majelis Buddha Awali Peringatan Tri Suci Waisak
MAGELANGEKSPRES.COM, TEMANGGUNG – Puluhan bhiksu/bhikkhu yang berasal dari 11 majelis agama Buddha di Indonesia, di antaranya dari sangha Theravada, Tantrayana, Tridharma, Kasogatan, Mahayana, Mapanbumi, Madatantri dan Mahanikaya mengawali peringatan Tri Suci Waisak 2563 Buddis Era tahun 2019. Mereka melaksanakan prosesi pengambilan air berkah Waisak di Umbul Jumprit Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, Senin (16/5). Prosesi sendiri diawali dengan upacara Pujabhakti serta pembacaan lantunan doa. Setelah itu, para bikhu berjalan menuju sumber mata air. Air suci yang mereka ambil menggunakan gayung batok kelapa, lantas dimasukkan ke dalam kendi. Air-air itu kemudian dibawa dan disemayamkan ke Candi Mendut dan Candi Agung Borobudur Kabupaten Magelang. “Kita sebagai manusia harus mempunyai sifat mirip dengan air, yaitu memberi kehidupan,” kata Bhiksu Dwi Virya, Kamis (16/5). Ia mengatakan dalam Agama Buddha air suci mempunyai makna filosofis yang sangat tinggi. Air menjadi bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan.Bahkan air memberikan kehidupan kepada seluruh makhluk hidup, tanpa terkecuali. Artinya, sambung dia, dalam diri manusia ada sebuah cinta kasih, yang tak terbatas. Menurutnya, cinta kasih itulah yang bisa membuat hati manusia tenang, tentram, damai dan membawa kebahagiaan untuk yang lain, bahkan kepada semua makhluk. “Ketika air di selokan dikotori, dihina, dia tidak marah, dan bagaimanapun tetap memberi sumbangsih kepada kehidupan,” tutur sang Bhiksu. Begitupun juga dalam diri manusia, punya benih cinta kasih yang dalam, tak terbatas. Karena itu, peganglah erat cinta kasih itu layaknya air yang memberi kehidupan. “Manusia punya benih cinta kasih bukan hanya kepada diri sendiri, keluarga, tetapi kepada seluruh umat dan juga semua makhluk,” katanya. Harapannya, seluruh umat Buddha di Indonesia dan di dunia senantiasa meningkatkan kesadaran, kebijakan, serta mengembangkan hati Buddha agar menjadi umat manusia yang sempurna. “Tiga peristiwa suci di dalam riwayat hidup Sang Buddha Gautama. Yakni, Bodhisattva (calon Buddha) yang bernama Pangeran Siddharta Gotama dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal pada tahun 623 Sebelum Masehi. Pangeran Siddharta, yang kemudian menjadi petapa di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya India, kemudian mencapai penerangan sempurna hingga akhirnya menjadi Buddha pada tahun 588 Sebelum Masehi di usia 35th. Sedangkan Sang Buddha wafat pada usia 80tahun di bawah pohon Sala Kembar di Kusinara India dan mencapai Parinibbana (kesempurnaan) pada tahun 543 Sebelum Masehi,” ceritanya. Wakil Ketua Panitia Air Berkah perayaan Waisakn 2563 BE/2019 Masehi, Martinus Nata, mengatakan upacara di Umbul Jumprit ini diikuti oleh 11 majelis Agama Buddha dari Indonesia. Sebelumnya, pada Selasa (14/5), majelis Buddha dari Temanggung juga telah melakukan pengisian air berkah ke dalam 12.000 botol. Dituturkan, upacara pengambilan air berkah untuk detik-detik Waisak diawali dengan puja bakti oleh masing-masing majelis di altar yang ada di depan pintu masuk Umbul Jumprit. Selanjutnya, para bhiksu/bhikku menyalakan lima lilin dengan beragam warna, yang ada di altar. \"Lilin warna biru melambangkan bakti, kuning: bijaksana, merah melambangkan cinta kasih, putih: kesucian, dan orange perlambang semangat,\" terang Martinus. Menurut dia, air berkah dan api dari lilin-lilin itu selanjutnya akan disemayamkan dan didoakan di Candi Mendut, untuk kemudian digunakan dalam detik-detik Waisak di Candi Borobudur. “Selesai upacara pengambilan, air berkah dan api akan langsung diberangkat ke Candi Mendut untuk disemayamkan,” katanya.(set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: