Cucu Syekh Abdul Qodir Al-Jailany ke-25 Doakan Kota Pekalongan

Cucu Syekh Abdul Qodir Al-Jailany ke-25 Doakan Kota Pekalongan

KOTA - Walikota Pekalongan HM Saelany Machfudz SE berkesempatan mendampingi Prof Assyekh Assyayid Muhammad Fadhil bin Faiq Al Jailany, yang juga cucu Syekh Abdul Qodir Al-Jailany ke-25, saat peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Al Maliki serta pembangunan jembatan menuju pondok, Al Jaelany, Rabu (18/9). Pada momen istimewa itu, Ulama dari Turki mendoakan Kota Pekalongan, agar menjadi kota yang diridhoi Allah SWT, masyarakatnya bisa hidup sejahtera lahir dan batin. \"Saya sangat senang berkunjung di Kota Pekalongan, karena keramahan dan akhlaknya yang baik,\" ucapnya yang diterjemahkan melalui juru bicaranya. Prof Assyekh Assyayid Muhammad Fadhil mengaku sudah berkunjung di 400 kota, baik Eropa, Amerika dan Asia. Namun yang membekas dihatinya saat berkunjung di Indonesia, didalamnya Pekalongan. \"Bagi saya, Kota Pekalongan adalah kota kedua, setelah Turki. Saya sangat senang karena karena keramah-tamahan masyarakat Pekalongan,\" ujarnya. Saat memberikan tausiyah pada acara peletakan batu pertama pembangunan pondok, Prof Assyekh Assyayid Muhammad Fadhil menceritakan keutamaan orang yang berilmu. Sahabat Rasululloh yang juga menantunya, Sayidina Ali bin Abi Tholib berkata, barangsiapa yang mengajariku huruf saja, maka aku siap menjadi budak orang tersebut. \"Dari ungkapan itu, memposisikan ilmu sangat mulia. Karena ketika menjadi budak maka tanpa ikatan waktu. Itu menunjukkan keluhuran ilmu. Karena orang yang berilmu adalah pewaris Nabi,\" tuturnya. Prof Assyekh Assyayid Muhammad Fadhil menjelaskan, bila datuknya Syekh Abdul Qodir Al-Jailany selama 90 tahun telah berhidmah untuk menyebarkan ilmu. \"Beliu katakan carilah ilmu dan kajilah ilmu. Karena ilmu itu segala-galanya. Bahkan hingga hayatnya beliau tetap berpesan berpegang teguh pada ilmu.\" Semasa hidupnya, sambung Prof Assyekh Assyayid Muhammad Fadhil, Syekh Abdul Qodir Al-Jailany memiliki lembaga pendidikan dengan jumlah murid 70 ribu. Santrinya berasal dari berbagai latar belakang agama, ada yang Islam, Kristen dan lainnya. Mereka diperlakukan sama seperti putra-putra kandungnya. Bahkan santri dari keluarga fakir dan miskin pun juga diperlakukan saja. \"Santri yang beragama kristen dimuliakan dalam belajar agama. Namun setelah mereka menyelesaikan studinya. Malah mereka sendiri yang beralih agama, dengan memeluk agama Islam. Mereka dengan sadar, hanya Islamlah yang bisa mengajarinya bersikap toleran, dan rahmatalil alamin,\" ungkapnya lagi. Sementara itu, Walikota HM Saelany Machfudz SE bersyukur karena Kota Pekalongan kehadiran ulama kharismatik dari Turki. \"Semoga kehadiran beliau, dan doanya beliau akan membawa keberkahan bagi masyarakat Kota Pekalongan.\" Pengasuh Ponpes Almaliki, KH Mohammad Saifudin Amirin dalam sambutannya menyampaikan, pihaknya mengalami kesulitan dalam membeli tanah untuk pendirian Ponpes Almaliki. Sebab Yayasan Al Maliki memiliki karakter yang tertutup. Maksudnya tertutup, tidak mencari donatur atau mengajukan proposal kesana kemari dalam menggalang dana. \"Namun Yayasan Almaliki itu terbuka siapapun. Kami mempersilahkan para dermawan untuk menyumbang. Kami hanya bermodalkan yakin dan doa. Setiap ada ulama datang ke Yayasan Almaliki, kami hadirkan di lokasi pondok. Kami mintakan doa. Alhamdulillah, rencana kami mendirikan lembaga Ponpes Almaliki bisa terwujud,\" bebernya. Ketua Panitia Pembangunan Ponpes Al Maliki, H Agus Djunaedi menambahkan, bila luas tanah untuk pondok masih sekitar 11 ribu lebih yang terletak di Kelurahan Kuripan Kertoharjo. \"Selain akan berdiri pondok, juga akan didirikan madrasah. Semoga keberadaan pondok memiliki peran maksimal dalam menciptakan anak yang akhlakul Karimah, serta pemberdayaan masyarakat. Ponpes jd agen perubahan pembangunan,\" pungkasnya. (dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: