Disparpora Evaluasi Pementasan Kesenian di TIC Borobudur

Disparpora Evaluasi Pementasan Kesenian di TIC Borobudur

KABUPATEN MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM – Evaluasi pementasan kesenian di Panggung Pertunjukan TIC (Tourist Information Center) Borobudur dilaksanakan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang melalui Bidang Pemasaran dan Kelembagaan, Selasa (30/11/2021). Evaluasi tersebut dilakukan untuk memberikan masukan kepada kelompok seni budaya yang selama ini telah melakukan pementasan, baik secara langsung maupun virtual. Hal ini agar kedepan pementasan yang dilakukan semakin baik dan sesuai dengan segmentasi pasar pariwisata. “Kami berharap dengan evaluasi ini, selain Soreng nantinya kesenian lainnya dapat kami garap secara maksimal dalam wadah ekonomi kreatif sub sektor seni pertunjukan,” ucap Kepala Disparpora Kabupaten Magelang, Slamet Achmad Husein. Husein akan menindaklanjuti hal tersebut dengan meminta surat edaran kepada dinas yang membidangi kebudayaan untuk melaksanakan pembinaan, pengembangan dan pelestarian  terkait dengan ekonomi kreatif yang akan disajikan. “Nanti menyambut kenormalan baru Destinasi Super Prioritas, ekonomi Kreatif Sub Sektor Seni Pertunjukan akan selalu tampil pada pentas wisata budaya,” terang Husein. Husein mengharapkan kedepan dalam satu jenis seni pertunjukan bukan hanya menggerakkan  seni pertunjukannya saja, melainkan dari sisi kostum (fashion) akan digarap oleh pelaku ekonomi kreatif bidang fashion. Termasuk untuk rias dan topeng nantinya nantinya juga akan digarap oleh pelaku ekonomi kreatif di kabupaten Magelang. “Dengan seperti itu, satu jenis seni pertunjukan, akan mampu menggerakkan beberapa sub sektor ekonomi kreatif yang lain,” jelas Husein. Ketua Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Kabupaten Magelang, Mul Budi Santosa menyampaikan, KSBN merupakan suatu tempat berkumpulnya cabang seni yang jumlahnya sangat banyak, namun fasilitasi dari pemerintah dinilai masih sangat minim. “Selama ini pelaku seni memiliki tempat pertunjukan yaitu TIC yang saya anggap sangat tidak layak untuk sebuah pementasan di kawasan DSP. Sementara di bidang yang lain mereka mempunyai tempat, wadah atau semacam GOR yang memiliki fasilitas yang memadai,” ucap Mul Budi. Untuk itu dirinya mendorong melalui Disparpora agar proges Simpang Mendut menjadi Kampung Mataram agar segera terwujud. Karena menurut Budi, di dalam konsep Kampung Mataram tersebut akan disediakan panggung pementasan berupa Amphi Teater yang layak untuk sekelas DSP. Dalam kesempatan itu, Ketua Forum Daya Tarik Wisata (DTW) Kabupaten Magelang, Edward Alfian mengatakan akan mendukung penuh pelaku seni budaya untuk dapat tampil di setiap Destinasi di Kabupaten Magelang. Menurutnya pelaku seni juga merupakan pelaku wisata yang harus diakomodir menjadi bentuk atraksi wisata. “Kita support penuh pelaku seni agar dapat tampil di destinasi. Mereka ini juga pelaku pariwisata dalam bidan atraksi wisata jadi harus kita berdayakan betul. Namun perlu dikemas dengan EO yang professional. Jadi pelaku seni sudah tidak perlu memikirkan sound system, panggung dan sebagainya. Mereka focus untuk menampilkan sebuah karya terbaik,” terang Edward. Pamong Budaya, Dedi Panggung Suprabowo selaku dan Seniman Eko Sunyoto memberikan masukan yang hampir serupa. Menurut mereka pelaku seni budaya harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan pariwisata, namun tidak meninggalkan kaidah budaya. “Pelaku seni kerakyatan biasanya pentas dengan durasi lama, bisa dua hingga tiga jam. Namun terkadang di Dunia Pariwisata pelaku seni dituntut untuk data menampilkan pementasan yang menarik dalam waktu yang sangat terbatas. Itu yang perlu dipelajari dan disesuaikan,” ungkap Eko Sunyoto yang pernah diminta untuk menampilkan tari kerakyatan hanya dengan durasi 1,5 menit.(cha).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: