Guru Wajib Melakukan Asesmen
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meminta, agar para guru melakukan asesmen pada tahun ajaran baru 2020. Mengingat, hampir seluruh sekolah di Indonesia selama masa pandemi ini berubah drastis menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril menilai, bahwa penerapan asesmen penting dilakukan agar guru mengetahui kondisi muridnya dan mampu mendiagnosis ketertinggalan. \"Asesmen ini kita lakukan setiap saat, lalu disusun sesuai dengan kebutuhan belajarnya murid dan hal-hal lain yang relevan dalam konteks Covid-19,\" kata Iwan, saat konfrensi virtual di Jakarta, seperti ditulis Selasa (7/7). Menurut Iwan, pada prakteknya asesmen harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolahnya masing- masing. Sebab, penilaian ini berkaitan dengan manusia sehingga harus disesuaikan dengan konteks yang ada. \"Asesmen sederhana bisa dilakukan guru dengan memberikan soal satu jenjang di bawah murid saat ini. Contohnya, siswa kelas IV diberi soal untuk kelas III dan dilihat apakah sudah berada di tahap perkembangan sesuai dengan yang diharapkan,\" jelasnya. Terlebih lagi, guru juga harus melihat konteks anak tersebut. Anak yang mengalami ketertinggalan, bisa jadi karena tidak mampu belajar optimal karena jaringan internet yang tidak memadai selama PJJ. \"Sebenarnya asesmen ini tidak hanya dilakukan setelah pandemi. Selama proses belajar normal pun mestinya guru juga melakukan asesmen ini,\" kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno. Menurut Totok, asesmen ini semakin penting dilakukan pada masa pandemi dan setelahnya. Sebab, pembelajaran yang dilakukan saat ini sangat berbeda dan membuat banyak pihak harus melakukan adaptasi. \"Dulu belum menjadi kebiasaan. Tapi mulai sekarang dan seterusnya harus menjadi kebiasaan,\" ujarnya. Dki sisi lain, Totok menyatakan tengah menggodok modul pembelajaran yang akan dibagikan ke siswa yang selama ini kesulitan mengakses internet selama PJJ. Modul ini diutamakan untuk siswa di jenjang Sekolah Dasar. \"Kami strateginya modul itu diberikan kepada yang paling rentan dulu, yaitu SD. Lalu SMP, baru SMA. Jadi prioritasnya anak SD,\" terangnya. Dengan adanya modul tersebut, Totok berharap pembelajaran ini bisa menjadi solusi siswa yang tak bisa belajar mandiri selama pandemi. \"Materi pada modul disusun sedemikian rupa agar siswa dapat belajar tanpa harus dipandu secara intensif. Harapannya minggu pertama tahun ajaran baru sudah ada,\" imbuhnya. Selain kepada siswa, lanjut Totok, modul juga dipersiapkan untuk para guru. Ratusan ribu guru yang menjadi target pelatihan ini nantinya bakal mendapatkan pelatihan digital agar lebih inovatif dalam mengajar. \"Ada modul cetak, ada buku Basic Safety Training (BST) ada bacaan lain itu adalah sumber yang bisa dipilih guru, jadi tidak ada kebijakan untuk mengarahkan ke aplikasi tertentu,\" pungkasnya. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: