Jaga Ketahanan Pangan Keluarga, Irul Tanam Padi dengan Media Peralon

Jaga Ketahanan Pangan Keluarga, Irul Tanam Padi dengan Media Peralon

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG – Lahan sempit bukan menjadi alasan untuk tidak bercocok tanam. Dengan memanfaatkan lahan di samping rumahnya, Muh Khoirul Soleh (46) warga Kebonkliwon RT 09/RW 06, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang menanam padi. Caranya mengembangkan tanam dengan media peralon. Dengan memanfaatkan lahan terbatas, metode tersebut dikenal dengan sebutan higdroganik. Ini menjadi solusi ketahanan pangan keluarga. Pria alumni Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang ini menanam padi dengan hidroganik di atas kolam ikan di samping rumahnya. Kolam ikan tersebut berukuran 19 x 5 meter. Sedangkan media hidroganik yang digunakan ukuran 6 x 12 meter. \"Menanam padi hidroganik karena masih menggunakan media kompos dan sekam bakar, tidak seperti hidpronik. Kalau hidroponik murni air, ibaratnya di situ ada media semai,\" ucap Irul, panggilan akrabnya. Menurut Irul, awalnya hanya coba-coba setelah melihat di media  menanam padi dengan hidroganik tumbuh. Kemudian, hasil panennya menurut informasi bisa empat kali lipat dari konvensional (menanam padi di sawah). Untuk itu, dirinya mencoba dengan apa yang dimilikinya. Salah satunya memiliki kolam yang biasanya airnya digunakan untuk menyiram bibit tanaman. \"Kolam itu biasanya saya gunakan untuk menyiram bibit, terus di atasnya nggak ada apa-apanya. Kolam saya kasih ikan, saya coba alternatif pakai itu (menanam padi) siapa tahu bisa menopang ketahanan pangan minimal keluarga,\" tutur Irul. Adapun media tanam tersebut menghabiskan 24 peralon. Sedangkan untuk padi yang ditaman ada dua jenis yakni IR 64 yang berusia 1 bulan lebih 10 hari dan satunya jenis padi merah putih yang berusia 1 bulan. Untuk jarak tanam 25 cm dan air peralon menyala terus menerus. Baca Juga Sambut New Normal, Jalan Protokol Kota Magelang Kembali Dibuka Keuntungan dengan model tanam tersebut, menurut Irul, kontinuitasnya lebih banyak. Untuk menanam padi secara konvensional, dua sampai tiga kali maksimal ditanami dalam setahun. Kemudian dengan media ini nantinya bisa lima kali jika dimaksimalkan. \"Mengapa bisa lima kali, karena seketika umur sudah 70 hari, saya sudah bikin semai. Begitu panen langsung dimasukan lagi nggak usah ngluku (membajak), nggak usah macul (mencangkul). Jadi ada hemat  20 hari, terpangkas 20 hari, saya punya bibit lagi,\" ungkap Irul Selama menanam padi dengan model hidroganik, gulma maupun hama, hanya walang, wereng dan burung emprit. Untuk gulma tidak ada karena media tanamnya kompos dan sekam bakar dengan perbandingan 3:1. Untuk Teknis sirkulasi air, menurut Irul, setiap hari air menyala terus. Ia memakai pompa akuarium yang mengambil dari kolam terus disalurkan menuju semua peralon. Nantinya, air akan sampai ujung peralon dan masuk kembali ke kolam dengan air yang sudah bersih. Menanam model tersebut, cocok bagi mereka yang tidak memiliki lahan, juga lokasi yang susah air. Jika yang air susah bisa membuat kolam dengan terpal, diisikan ikan maupun lele, nantinya di atasnya digunakan untuk menanam padi. Irul menyebutkan, untuk membuat media tanam ini totalnya menghabiskan sekitar Rp7 juta. Hal tersebut untuk membeli peralon ukuran 4 inch, baja ringan dan cup menanam bibit padi. Sekalipun baru mencoba menanam padi dengan hidroganik, Irul mengaku, sejauh ini sudah ada yang memesan untuk dibuatkan media tanam tersebut. Pesanan tersebut datang dari Bogor, Jawa Barat. \"Mereka tahu dari akun facebook saya. Saya belajar autodidak, langsung dipratekkan langsung. Pesanan dari Bogor dengan ukuran 10 x 10 meter dua tempat. Setelah lockdown lepas, kemungkinan kita langsung ke sana,\" papar Irul.(cha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: