Kasus Bullying di Semarang Tinggal 5 Persen, Walikota Hendrar Tetap Perhatian

Kasus Bullying di Semarang Tinggal 5 Persen, Walikota Hendrar Tetap Perhatian

SEMARANG – Data Dinas Pendidikan Kota Semarang menunjukkan adanya penurunan kasus perundungan atau bullying. Jika pada tahun 2013 ada 60 persen saat ini menjadi 5 persen. Namun hal tersebut tetap menjadi fokus perhatian Wali kota Semarang Hendrar Prihadi. Menurut Wali kota, anak-anak hampir separuh waktunya ada di sekolah, sehingga sebagai orang tua juga mengikhlaskan anaknya untuk diajari di sekolah.  “Sebenarnya tolok ukur kami para orang tua mudah, melihat anak kita pagi-pagi semangat berangkat ke sekolah, sekolahnya pasti ramah anak” ujar Hendi sapaan akrab Wali kota saat membuka kegiatan Sosialisasi Penerapan Pencegahan Bullying dan Disiplin Positif Tingkat SMP Kota Semarang Hendi juga mengatakan bahwa perundungan bisa terjadi dimulai dari ajakan siswa untuk mengejek siswa lain, atau bisa juga makian dari guru yang dilakukan secara tidak sadar kepada siswa. Untuk menekan perundungan di sekolah, Hendi menginginkan agar sekolah benar-benar bisa dijadikan rumah kedua bagi anak-anak. “Meski ada banyak tantangan, perilaku anak-anak kita di sekolah yang harus kita urai secara bersama-sama, kita evaluasi hubungan sesama temannya, dengan guru atau bahkan kita evaluasi kebijakan-kebijakan sekolah,” pesan Hendi. Menurut Hendi, guru memiliki peran dalam pencegahan dan pengawasan kasus perundungan di sekolah baik yang berbentuk fisik maupun verbal. “Tugas pertama guru adalah mengingatkan, tidak boleh misalnya ada anak diintimidasi oleh temannya yang badannya lebih gede, itu pasti dia terganggu” ungkap Hendi. Senada dengan Hendi, Gunawan Saptogiri selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang mengungkapkan perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan secara berjenjang di mana terdapat pengawas sendiri di setiap sekolah. “Sifatnya jika ada laporan, maka kita panggil. Yang paling penting bagaimana menyangkut siswa, kami bisa memulihkan psikologi mereka” ujar Gunawan. Solusi lain yakni perlunya guru untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter kepada para siswa. Ia menilai peran guru berhasil apabila perundungan di sekolahnya tidak ada lagi. Lebih jauh, Gunawan menuturkan pentingnya penerapan nilai-nilai pendidikan karakter maupun Pancasila dilakukan sejak jenjang PAUD. \"Sebenarnya di PAUD tak langsung diajari teori, namun lebih kepada praktik nilai sopan santun, disiplin, keberanian, yang merupakan penerapan Pancasila\" imbuh Gunawan.  (sgt)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: