Kecamatan Borobudur dan Salaman Paling Terdampak Kemarau

Kecamatan Borobudur dan Salaman Paling Terdampak Kemarau

MAGELANGEKSPRES.COM, KABUPATEN MAGELANG - Musim kemarau sudah mulai sejak bulan Mei. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang mempetakan daerah rawan kekeringan pada musim kemarau ini. Wilayah daerah yang paling parah yaitu di wilayah Kecamatan Borobudur dan Kecamatan Salaman. Untuk wilayah Borobudur, Desa Kenalan, Candirejo, Giritengah, Wringinputih, Kembanglimus, Kebonsari. Adapun untuk wilayah Kecamatan Salaman, Desa Margoyoso, Sriwedari, Ngargoretno dan Krasak. \"Untuk wilayah Kabupaten Magelang mulai terdampak biasanya terasa di akhir bulan Juni sampai dengan awal bulan Juli,\" ucap Kepala BPBD Kabupaten Magelang, Edi Susanto, Rabu (17/7). Pihaknya telah mengambil langkah antisipasi kekeringan dengan persiapan dropping air bersih ke daerah yang mengalami kesulitan air bersih di musim kemarau. \"Sampai dengan sekarang belum ada permintaan dropping. Tapi sudah kita siapkan 600 tangki. Kemudian kalau kurang kita bekerjasama dengan dunia usaha untuk alokasi CSR berupa bantuan air bersih, per tangki 5.000 liter,\" papar Edi. Sementara itu, kekeringan mulai dirasakan petani di kawasan Kecamatan Borobudur, minimnya sumber air memasuki musim kemarau ini, membuat petani bergiliran mendapatkan pasokan air dari Kali Sileng, dimana Kali Sileng menjadi andalan untuk pertanian di Borbudur. \"Petani di Desa Majaksingi Borobudur mengandalkan air dari Kali Sileng dengan menggunakan pompa air.mSaat ini debit air Kali Sileng mulai berkurang, sehingga petani bergiliran untuk mendapatkan pasokan air,\" ucap salah satu petani di Desa Majaksingi, Yanto. Mayoritas pertanian di Desa Majaksingi Borobudur mulai ditanami tanaman musim Kemarau seperti Palawija atau Tembakau, hanya sebagian kecil yang masih menanam tanaman musim hujan seperti Kangkung. \"Kebetulan saya masih menanam Kangkung, sehingga tanah pertanian harus selalu becek, dan itu membutuhkan air yang cukup agar bisa panen pada Agustus nanti. Sedangkan petani lainnya banyak yang sudah beralih menanam Tembakau atau Palawija, yang membutuhkan lebih sedikit air,\" papar Yanto.(cha).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: