Muncul Penolakan, Deklarasi KAMI Nyaris Bentrok

Muncul Penolakan, Deklarasi KAMI Nyaris Bentrok

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Dua organisasi massa (ormas) nyaris bentrok di Alun-alun Kota Magelang, Jumat (18/9). Peristiwa itu terjadi usai deklarasi Koalisi Aksi Masyarakat Menyelamatkan Indonesia (KAMI) se-Jawa Tengah yang dipusatkan di jantung Kota Sejuta Bunga itu. Kapolres Magelang Kota AKBP Nugroho Ary Setyawan membenarkan insiden tersebut. Bahkan, seorang anggota kepolisian mengalami cidera ringan di bagian kepala, saat hendak menghalau massa dari arah utara di Jalan A Yani Kota Magelang. \"Benar, kita menghalau salah satu ormas, karena kita mengutamakan kondusivitas Kota Magelang dan masyarakat umum. Satu anggota Brimob mengalami luka,\" kata Nugroho, saat turun langsung mengamankan jalannya deklarasi tersebut. Persitegangan antara massa KAMI dan salah satu ormas itu terjadi seusai doa bersama di bagian akhir deklarasi. Massa yang mengenakan seragam oranye hitam itu hendak menyerbu kerumunan sembari berteriak dan menggeber kendaraan mereka. Ratusan personel Polres Magelang Kota, TNI dari Kodim 0705/Magelang dibantu personel Satpol PP Kota Magelang pun berbondong-bondong mencegat mereka di Alun-alun Utara. Para petugas berupaya membatasi pergerakan massa agar tidak sampai di depan Landmark Magelang. Hal ini untuk menghindari keduanya terlibat bentrok. Kesigapan aparat ini pun sukses. Itu setelah massa deklarasi sepakat membubarkan diri. Demikian halnya dengan kubu ormas yang memprotes deklarasi KAMI tersebut, juga memilih menarik mundur. Nugroho menambahkan, terkait deklarasi KAMI sebenarnya kepolisian tidak pernah memberikan izin. Demikian juga dengan Pemkot Magelang dan Satgas Penanganan Covid-19. [caption id=\"attachment_36020\" align=\"alignnone\" width=\"394\"]\"NYARIS NYARIS BENTROK. Ratusan aparat kepolisian dan TNI, dikerahkan untuk menghalau salah satu ormas saat deklarasi KAMI di Alun-alun Kota Magelang[/caption] Akan tetapi, kepolisian tetap memberikan pengamanan dengan menerjunkan ratusan personel untuk menjamin keselamatan warga setempat. \"Kita bersama TNI, Polri, dan Pemkot Magelang, kita memastikan adanya kegiatan ini (deklarasi KAMI) tidak menggangu masyarakat umum. Maka dari itu, kita tetap mengamankan jalannya kegiatan,\" ujarnya. Usai membubarkan diri, kedua ormas ini pun ditarik mundur dengan pengawalan ketat kepolisian. Mereka dipastikan keluar dari wilayah Kota Magelang sebagai langkah preventif, mencegah insiden lanjutan. Koordinator Aksi Deklarasi KAMI, Anang Imamudin menyebut, aksinya itu sangat menjunjung tinggi perdamaian. Karena itu, pihaknya memilih menarik mundur ratusan massa, setelah adanya aksi protes dari ormas lainnya. \"Kalau kami menarik mundur, maka saya minta mereka juga ditarik mundur. Kami tidak segan membawa massa yang lebih banyak, dan kembali ke Alun-alun jika mereka diperbolehkan di tempat ini untuk berorasi,\" kata Anang. Insiden tersebut terang saja membuat kepanikan warga di kawasan Alun-alun. Sejumlah swalayan dan perusahaan pun memilih mengunci rapat gerbang mereka. Akibatnya, banyak karyawan yang terjebak di kantor mereka, sebelum akhirnya insiden dapat diredam dan massa pun membubarkan diri. Sementara itu, Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) se-Jawa Tengah, di Alun-alun Kota Magelang, Jumat (18/9) dihadiri mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Ratusan massa yang mengatasnamakan KAMI dari 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah itu tampak memenuhi Alun-alun Timur, meski aksi mereka ini tak mendapatkan izin dari Satgas Covid-19 Kota Magelang maupun Polres Magelang Kota. Gatot hadir di tengah-tengah massa KAMI untuk membakar semangat mereka. Turut hadir antara lain Presidium lain, Rochmat Wahab yang merupakan Ketua Umum Komite Khittah Nahdlatul Ulama (NU) 1926. Lalu MS Kaban dan Bambang Sutedjo. Termasuk Presidium KAMI Jawa Tengah, Mudrik M Sangidu dan Presidium KAMI Jogja, Sukri Fadholi. Di hadapan massa aksi, Gatot mengatakan, KAMI merupakan gerakan moral yang hadir untuk menyelematkan Indonesia. Tujuan ini muncul, karena ia menilai ada sebagian kelompok yang terorganisir dengan rapi untuk mengganti Pancasila dan NKRI. \"Di Magelang ini saya mengenyam pendidikan militer. Di sini pula saya mengucap sumpah prajurit, yakni setia pada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Lalu saya sekarang bangkit, karena ada sebagian kelompok yang berusaha mengubah Pancasila,\" katanya. Ia merasa bersyukur di Magelang ini deklarasi diikuti seluruh daerah di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa KAMI akan terus tumbuh dan berkembang. Ia pun mengklaim deklarasi ini tidak ada perintah, mereka berinisiatif sendiri. \"Semua ini berdiri sendiri, tidak ada yang memerintah. Ini karena jiwa perjuangan yang luar biasa. Karena itu, pertumbuhan ini wajar kalau ada hambatan dan tantangan. Di mana-mana ada penolakan. Itu peringatan dari Allah SWT bahwa KAMI harus lebih tangguh dan hebat lagi,\" ujarnya. Menurut Gatot, mereka yang berseberangan dengan KAMI dan menolak adanya deklarasi, tidak akan dijadikan sebagai musuh. Sebab mereka, kata Gatot, juga merupakan saudara sesama Indonesia. Ia bahkan meminta massa KAMI untuk tidak memusuhinya. \"Kalau ada yang menjelekkan KAMI tapi berjuang untuk Indonesia berarti sama, mereka saudara kita juga. Penolakan ini merupakan tantangan dan peringatan agar kita lebih hebat lagi,\" tandasnya. Sementara itu, Presidium KAMI Jawa Tengah, Mudrik M Sangidu mengutarakan, Jawa Tengah harus menjadi lokomotif dan pionir perubahan yang ada di Indonesia. Dari Magelang ini pula mengalir perjuangan untuk merobohkan rezim jahat. Menurut dia, lahirnya KAMI ini karena banyak masyarakat yang teraniaya dan tertindas. Ia pun mengingatkan para pejabat untuk tidak semena-mena dan sombong kepada rakyatnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: