Perjuangan Warga Tidar Campur, Bangun Masjid Berbentuk Kabah dari Kandang Sapi
KAMPUNG TANGGUH KOTA MAGELANG MAGELANGEKSPRES.COM - KOTA Magelang memiliki daya tarik baru untuk kunjungan wisatawan. Namun, bukan wisata panorama dan taman-taman indah kali ini, daya tarik baru itu berupa masjid bernuansa unik. Bernama Masjid Ash Sirath, yang sebenarnya telah beroperasi sejak tahun 2020 lalu. Namun karena pandemi, masjid unik ini belum menjadi destinasi wisata baru. Masjid tersebut berada di Kampung Tidar Campur, Kelurahan Tidar Selatan, Magelang Selatan. Pembangunan dilakukan sejak 27 Oktober 2019, di atas tanah wakaf yang sebelumnya hanya kandang sapi. Bentuk bangunan utama masjid ini persis seperti kabah yang ada di Masjid Al Haram Makkah. Masjid dibangun dengan ukuran bangunan utama 6x7,5 meter, tinggi 5,30 meter, dan lebar 6,8 meter. Lalu serambi 6,5x7 meter dan tempat wudhu 2,5x6,5 meter. Ukiran kaligrafi berwarna emas dengan kalimat asmaul husna mengelilingi bangunan utama di bagian atas dan kalimat syahadat di bagian temboknya yang berwarna hitam kelam. Bentuk kabah lengkap dengan adanya hajar aswad di pojok timur laut. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Warna-warni Tidar Campur, Sagiyo (60) mengatakan, awal mula dibangunnya masjid ini dari warga setempat yang ingin salat berjamaah di masjid yang dekat dengan rumahnya. Meskipun ada masjid di sisi timur kampung, tapi terasa jauh. ”Utamanya warga ingin berjamaah salat subuh. Kalau harus ke kampung sebelah, terasa jauh. Secara nonformal akhirnya tercetus ide mendirikan masjid,” katanya, kemarin. Pihaknya kemudian mencari lahan yang cocok dan melihat ada area kandang sapi yang sudah tidak digunakan. Ia menemui pemilik lahan dan menyampaikan keinginan warga mendirikan masjid. Tak disangka, langsung disambut dengan baik oleh pemilik tanah. ”Tanah di atas masjid ini wakaf dari tiga keluarga, yakni keluarga saya, Muh Anwar, dan Mulat. Kita sepakat bangun masjid, tapi ingin bentuk yang menarik, karena kampung kita kan dikenal sebagai kampung wisata. Akhirnya terpikir bentuk kabah ini,” ujarnya. Pria yang rumahnya di dekat masjid persis itu mengutarakan, modal awal pembangunan sekitar Rp4 juta yang didapat saat kegiatan Festival Warna-warni tahun 2019 lalu. Lantaran kurang, akhirnya swadaya masyarakat setempat dan mencari donatur. ”Kami bersyukur, alhamdulillah tak lama dapat terkumpul banyak dan cukup untuk membangun masjid ini. Total biaya yang kita keluarkan Rp400 juta. Selama pembangunan, warga gotong-royong membantu dengan dua tukang utama,” jelasnya. Menurutnya, bagian tersulit dari pembangunan ini adalah ketika harus mengukir kalimat asmaul husna dan syahadat di dinding. Akhirnya bertemu dengan dua orang ahli di kaligrafi, dari Bandongan, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Jepara. ”Mereka membantu kami hingga tertulis dengan rapi di dinding,” ucapnya. Anggota Pokdarwis Kampung Warna-warni, Danang menambahkan, masjid ini dibangun tidak hanya untuk tempat ibadah semata, tapi ke depan pihaknya berkeinginan menjadi tempat pendidikan agama Islam. Termasuk tempat manasik haji untuk anak-anak. ”Sudah kita siapkan untuk manasik. Atap masjid yang bagian teras bisa dibuka secara elektrik dengan remot, yang bisa digunakan untuk thawaf. Akan kita lengkapi juga dengan maqam Ibrahim dan hijir Ismail. Lalu untuk syai bisa di lapangan kampung,” ungkapnya. Selama pandemi, kunjungan wisata ke Kampung Wisata Tidar Campur memang menurun signifikan. Padahal, spot dan tempat menarik di kampung ini sangat cocok dijadikan wahana menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit. ”Saya punya hobi hunting foto. Di tempat ini lumayan, bisa dapat gambar yang menarik. Apalagi kalau cerah, masjid ini sangat indah dan mirip dengan bangunan kabah di Makkah,” kata Luis Lazuardi, seorang warga Kota Magelang. Ia mengambil gambar setelah salat Ashar di masjid tersebut sembari menunggu waktu berbuka puasa sambil mengobrol bersama kawan-kawannya. Menurut dia, keberadaan masjid kabah di Tidar Campur, dapat dijadikan monumen baru wisata religi di Kota Magelang selain Gunung Tidar. ”Bicara soal wisata religi tidak hanya berkutat pada Gunung Tidar dan makam-makam peninggalan tokoh agama. Yang bisa kita nikmati sekarang, salah satunya Masjid Ash Sirath ini,” tuturnya. (prokompim/kotamgl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: