Rebutan Ratusan Tenong Warnai Puncak Hamerti Kitri 2

Rebutan Ratusan Tenong Warnai Puncak Hamerti Kitri 2

WONOSOBO - Gelaran Hamerti Kitri 2 di Dusun Pucung Pandak, Desa Sidorejo, Kecamatan Selomerto memasuki hari terakhir sekaligus puncak acara merdi dusun tahunan itu, Minggu (15/9). Pawai ratusan tenong dan rebutan gunungan mewarnai puncak acara budaya yang diwariskan Eyang Pandak itu. Seluruh warga dipimpin tetua adat mengenakan pakaian jawa ndesa dan ratusan penonton ikut berkeliling desa sambil membawa tenong. Di dalam tenong diisi para ibu dengan hasil bumi seperti buah belimbing, timun, salak, jeruk, sawo, pisang dan lain sebagainya. Selain itu, ada jajanan jajanan pasar, seperti jipang, kerupuk dan jajanan pasar tradisional lainnya. Di antara ratusan tenong, terdapat dua gunungan besar yang berisi buah dan sayuran-sayuran. Setelah digelar doa bersama, dua gunungan tersebut menjadi rebutan warga. Sementara ratusan tenong yang berisi makanan dan buah dimakan secara bersama warga dan para tamu. Pemuka agama, Ratno Khotibul Umam mengungkapkan, acara Hamerti Kitri ke 2 ini digelar sebagai ucapan rasa syukur warga desa kepada Tuhan YME atas limpahan rezeki, keselamatan dan berkah bumi yang melimpah. Semua yang ada di ratusan tenong dan dua gunungan tersebut, katanya, berasal dari hasil bumi Dusun Pucung Pandak. \"Selain itu, dengan acara ini kami ingin mengangkat kearifan budaya lokal Dusun Pucung Pandak. Kami tidak ingin budaya-budaya yang telah ada sejak dahulu hilang karena tergerus perkembangan zaman. Karena itu semua warga Dusun Pucung Pandak ini, baik pemuda, perangkat, anak-anak, orang tua dan ibu-ibu bersatu padu untuk mensukseskan acara ini, karena acara ini adalah bentuk rasa sukur para warga,\" jelasnya. Lebih lanjut, acara Hamerti Kitri ini juga sebagai wujud kerukunan umat beragama di Dusun Pucung Pandak yang warganya terdiri dari dua umat, yaitu umat Islam dan Katolik. Acara yang digelar dengan kerjasama dua umat beragama ini merupakan salah satu cara untuk mempersatukan warga, sehingga tercipta hubungan yang sangat harmonis antar warga Dusun Pucung Pandak. \"Di dusun kami belum pernah ada konflik dengan siapapun karena masalah kepercayaan. Kami dari dulu biasa hidup rukun, biasa membuat acara secara bersama-sama,\" jelasnya. Sementara itu, Pemuka agama Katholik Dusun Pucung Pandak, Setia Budi Hartoyo mengungkapkan, tradisi Suran ini adalah salah satu kegiatan yang biasa digelar bersama antar dua umat beragama di Dusun Pucung Pandak. Dalam acara Suran ini, juga digelar doa bersama dua umat beragama, sebagai wujud rasa syukur dan memohon kelompahan rezeki dari Tuhan. \"Seluruh warga sini memang sudah terbiasa hidup rukun, bukan hanya dalam acara budaya saja. Bahkan dalam acara keagamaan seperi pengajian, warga katolik menjadi penerima tamu. Dusun ini adalah warisan dari eyang Pandak, yang berjasa membubak alas dan mengajarkan toleransi\" pungkasnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: