Selama 2 Hari, Kelompok Wanita Tani Jamur Wonosobo Ikuti Pelatihan Budidaya Jamur

Selama 2 Hari, Kelompok Wanita Tani Jamur Wonosobo Ikuti Pelatihan Budidaya Jamur

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Selama dua hari, para ibu anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Jamur dusun Kunci Desa Bojasari Kecamatan Kertek mengikuti pelatihan didampingi seorang praktisi ahli budidaya jamur Asal Sleman Jogjakarta, Sutarman. Agenda yang dibuka oleh Kades Bojasari, Surame itu diharapkan bisa memotivasi dan meningkatkan kinerja dalam membudidayakan jamur sebagai komoditas pertanian bagi para ibu anggota KWT. “Keberadaan KWT Jamur ini semoga ini jadi pengungkit ekonomi dan memotivasi warga untuk bisa terus membudidayakan jamur dan didukung dengan pelatihan-pelatihan seperti ini. Para ibu juga bisa memotivasi para pemuda setempat untuk membudidayakan jamur dan kurang dari setahun ini sudah ada 6 anggota yang memiliki tempat budidaya,” ungkapnya saat pembukaan pelatihan budidaya jamur di dusun Kunci, Selasa (19/11). Baca Juga Kebakaran di Magelang, Hanguskan Sebagian Rumah Warga di Salam Hal itu dibenarkan Ketua KWT dusun Kunci, Ratna Suranti bahwa dari 28 anggota KWT, mayoritas sudah belajar budidaya jamur selama kurang lebih setahun terakhir dan bahkan beberapa anggota sudah panen hingga tiga kali. Dijelaskan Ratna bahwa potensi budidaya jamur masih sangat terbuka lebar di Wonosobo, apalagi pasokan ke pasar masih cukup minim. “Salah satu yang harus kita jaga saat ini, selain kuantitas adalah kualitas dari jamur, seperti tingkat kandungan air dan juga ukuran ideal sehingga pelanggan tidak kecewa. Beberapa anggota yang sudah budidaya bahkan sudah panen dua hingga tiga kali dan hasilnya tidak mengecewakan,” ungkapnya. Jenis jamur yang banyak dibudidayakan para anggota KWT di dusun Kunci adalah jamur Tiram dan jamur Kuping yang dinilai sesuai dengan kondisi geografis kawasan itu. Hal itu dibenarkan oleh Sutarman, narasumber sekaligus praktisi pengusaha budidaya jamur asal Sleman Jogjakarta. “Wonosobo ini sangat bagus untuk jamur, karena tidak terlalu panas dan sejuk. Bahkan sangat potensial. Yang kami tekankan adalah di manajemen, menjaga kualitas, hingga pencatatan. Para ibu harus mau belajar mengelola sampai bisa menjual dan menjaga ritmenya dengan baik,” ungkapnya. Baca Juga Pilkades Serentak Magelang 2019, 4 Calon Kades Bersaing di Jambewangi Menurut Ratna, yang mengawali budidaya sejak 2013 lalu secara mandiri, para ibu dinilai memiliki semangat yang tinggi. Bahkan mereka tidak enggan memulai dengan satu kamar kosong di rumahnya. Bahkan beberapa pembudidaya. Mulai dengan jumlah yang relatif sedikit hingga akhirnya mencapai ribuan baglog. “Sekarang rata-rata sudah ribuan, mulai 2.000 baglog hingga mungkin 5.000 untuk satu rumah. Kalau perhitungannya dari 1000 baglog bisa panen 100 kilogram jamur dengan harga kisaran per kilo Rp10.000. kebanyakan memilih jamur kuping karena lebih mudah disimpan atau dikeringkan dan tidak mudah rusak seperti jamur tiram. Para ibu ini selain dilatih budidaya juga besok (20/11) akan melihat langsung proses pembuatan baglog yang ideal dari pemateri,” ungkapnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: