Sepanjang 2021, Tercatat Ada 4 Kasus Kekerasan Anak di Kota Magelang
MAGELANG, MAGELANGEKSPES.COM- Anak-anak banyak menjadi korban kekerasan selama pandemi Covid-19 di Kota Magelang. Sepanjang tahun 2021, tercatat 4 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di wilayah Kota Sejuta Bunga itu. Kasi Pemberdayaan Perempuan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP4KB) Kota Magelang, Yulis Hendrawati mengatakan, sejak pandemi terjadi kenaikan kasus kekerasan terhadap anak.“Empat kasus ini semuanya dibawa ke meja hukum. Jenisnya mulai dari kekerasan seksual, pengeroyokan, hingga perundungan,” kaya Yulis, kemarin. Ia menjelaskan, akibat kekerasan, korban mengalami trauma fisik dan mental. Oleh karena itu, pihaknya memfokuskan pemulihan mental melalui trauma healing dan menyediakan rumah singgah bagi para korban di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Dia menyebutkan, kekerasan terhadap anak dipicu beberapa hal. Salah satunya karena faktor ekonomi “Banyak kondisi ekonomi keluarga yang turun selama pandemi Covid-19,” katanya. Ia berharap, di zaman serba terbuka saat ini, masyarakat tak takut lagi melapor kepada pihak berwajib jika mengalami kekerasan. Dengan penanganan hukum yang tepat, ia yakin angka kekerasan bisa turun drastis, seiring dengan kesadaran masyarakat mendapatkan hukum yang adil. Selama ini, kata dia, masih banyak korban yang tidak terbuka dengan yang dialaminya. Padahal jika dilaporkan, pihaknya bisa mengawal hak-hak anak yang harus terpenuhi. Seperti hak sipil, indentitas anak, pendidikan, kesehatan, perlindungan hukum, dan belajar. Sesuai semangat sebagai Kota Layak Anak (KLA). Tidak hanya itu, DP4KB juga menyediakan konselor keagamaan. Kemudian menjalin kerja sama dengan RSJ Prof Dr Soeroyo Magelang untuk fasilitasi psikolog dan hypno terapi, guna menghilangkan trauma korban. “Termasuk kepada anak-anak korban Covid-19 yang menjadi yatim-piatu atau yatim/piatu bisa mendapatkan trauma healing sampai dengan konseling, untuk memulihkan mental mereka,” ujarnya. Sebelumnya, Walikota Magelang dr Muchamad Nur Aziz merasa ada ganjalan, meski penanganan Covid-19 sejauh ini terbilang sukses di Kota Magelang. Itu karena, Pemkot Magelang belum memberikan konseling atau trauma healing kepada para korban Covid-19. \"Ada satu hal yang masih sangat mengganjal di hati saya, karena di Kota Magelang ada 317 jiwa meninggal akibat Covid-19. Artinya ada 317 keluarga yang sebenarnya membutuhkan konseling mental supaya traumatis yang berlebihan ini hilang secara perlahan,\" kata dr Aziz, saat memimpin apel pagi, belum lama ini. Dirinya ingin, masyarakat tidak hanya menang melawan Covid-19 secara jasmani dan fisik saja. Tetapi masalah psikologis korban Covid-19 juga harus dibangkitkan kembali. Hal itu dilakukan agar kondisi kejiwaan keluarga korban tidak memburuk karena tekanan. \"Maka saya berencana untuk membuat tim khusus guna memberikan konseling atau trauma healing keluarga korban Covid-19,\" ujarnya. Rencana itu, kata dia, didukung karena di Kota Magelang punya psikolog andal yang bisa mengatasi mental para korban Covid-19. Di sisi lain, Pemkot Magelang juga terus menggelontorkan bantuan sosial, baik berupa beasiswa maupun bantuan langsung tunai kepada para keluarga korban Covid-19. “Saya harap DP4KB bisa memperjuangkan pemulihan mental kepada anak-anak kita yang kebetulan sedang mendapatkan ujian dari Allah. Kita bangun mental mereka supaya mampu mengembangkan diri dan meraih cita-cita mereka,” tandasnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: