Sikarim Simpan Jejak Sejarah
Pesona Air Terjun Sikarim Wonosobo--
MAGELANG EKSPRES, WONOSOBO – Salah satu pusaka berupa keindahan alam di kawasan Desa Sembungan Kecamatan Kejajar yang berbatasan langsung dengan desa Mlandi Garung ialah destinasi wisata alam air terjun bernama Curug Sikarim.
Para wisatawan bisa menempuh jalur yang sama ketika hendak menuju Tlaga Menjer dan jalur Sikarim juga merupakan jalur untuk menuju kawasan Dieng namun memang belum rampung 100 persen untuk kendaraan umum. Curug Sikarim berjarak sekitar 19 kilometer dari Alun-Alun Wonosobo dan bisa ditempuh lewat jalur Mlandi dan Sirangkel.
Curug Sikarim secara bentang alam, terletak di antara Gunung Bismo dan Gunung Rogojembangan. Air terjun tersebut berada di sebelah kanan jalan yang sekarang dikenal dengan jalan Rakai Panangkaran. Nama tersebut tak lepas dari latar belakang sejarah ketikadi zaman kerajaan.
Hal itu dijelaskan budayawan lokal, Gusblero saat berkunjung ke Sikarim bahwa jalan Rakai Panangkaran dimana lokasi curug tersebut diyakini merupakan jalan utama bagi para peziarah saat Rakau Sanjaya membangun candi di Dataran Tinggi Dieng pada abad 7-8 Masehi.
Ketika Gunung Dieng meletus tahun 1375, beberapa penduduk Dieng ada yang mengungsi ke arah bawah melalui jalur ini melewati tangga yang dikenal dengan nama Andha Budha.
“Di dekat air terjun Sikarim juga terdapat makam mbak Yai Abdul Karim. Satu dari tokoh utama yang membabat alas cikal dari Wonosobo,” terang Gusblero. Bersebelahan dengan curug itu merupakan Desa Sembungan yang ada di Kecamatan Kejajar dan menjadi salah satu desa tertinggi di Jawa Tengah.
Air yang turun dari curug Sikarim juga merupakan aliran dari telaga Cebong di desa Sembungan dan diyakini banyak menyimpan kisah-kisah beraroma mistis. Menurut Sekertaris Pokdarwis Sikarim Nur Ali Aziz, destinasi Curuk Sikarim kini tak hanya menyajikan bentang alam tapi juga wisata religi berupa ziarah makam Tokoh Penyebar Agama Islam atau Kyai Abdullah Karim.
“Sejak beberapa bulan ini wisatawan mulai banyak dan juga didukung dengan kondisi jalan alternative dieng yang mulai menuju tahap akhir. Kami relawan jalan Dieng juga terus memantau kondisi di jalur ini dan merekomendasikan untuk tidak lewat atas (sembungan) tapi lewat Garung,” ungkap Ali.
Tanaman yang lazim ditemui di kawasan itu selain sayuran juga berupa pepohonan carica yang menjadi bahan dasar dari manisan yang menjadi salah satu produk khas Wonosobo. Ada juga beberapa tanaman komoditas ekspor seperti wasabi yang dibudidayakan dari sumber mata air yang dinilai memiliki kualitas air yang sangat baik tersebut.
Diperkirakan, jumlah pengunjung akan mencapai puncaknya ketika libur lebaran mendatang. “Bagi pengunjung memang kami himbau untuk datang tidak terlalu petang mengingat kondisi alam dan jalan yang jauh dari permukiman penduduk,” pungkasnya. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: