Topeng Lengger Kolosal Libatkan 3000 Lebih Penari

Topeng Lengger Kolosal Libatkan 3000 Lebih Penari

MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO – Usai ritual Cukur Rambut Gembel, agenda rangkaian hari jadi Wonosobo ke 194 sekaligus Festival Sindoro Sumbing berlanjut dengan Tari Kolosal Topeng Lengger di alun-alun Wonosobo, kemarin (27/). Tercatat lebih dari 3.000 penari dengan memukau menarikan beberapa ragam tarian topeng lengger khas Wonosobo. Para penari berasal dari seluruh wilayah Wonosobo baik siswa-siswi dari SMP, SMA, seniman, guru SD, dan guru tari, serta perwakilan desa juga membaur dalam gerak yang indah. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan One Andang Wardoyo mengapresiasi seluruh peserta penari yang sudah menyemarakkan acara tersebut. Para penari membawakan lima jenis tarian yaitu Jangkrik Genggong, Gondang Keli, Sarindoro, Sontoloyo dan Suthang Walang. Lengkap dengan atribut berupa topeng, selendang dan hiasan lainnya. Meskipun tari Lengger memang khas sebagai identitas Banyumas, namun Wonosobo juga mengembangkan Lengger berbagai ragamnya termasuk topeng dan jenis-jenis gerakan tarian serta iringan musiknya. “Semua penari sangat antusias begitu juga dengan penontonnya juga sangat ramai memenuhi Alun-Alun Wonosobo. Kami berharap acara ini bisa memenuhi target pemajuan kebudayaan , melestarikan tradisi dan sekaligus sebagai atraksi budaya yang bisa menarik para wisatawan,” ungkap Andang. Lebih lanjut menurut Andang, warisan budaya tari Lengger  adalah milik Indonesia yang menjadi aset untuk persatuan dan untuk menghindari perpecahan dengan tujuan  untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Retno Palupi, guru SMP Sapuran yang juga menjadi tim pelatih. Retno mengirim 50 pasang atau 100 penari untuk diikutkan dalam pagelaran tersebut dan mempersiapkan selama beberapa minggu untuk latihan serta mengikuti rangkaian gladi kotor dan gladi resik di alun-alun. “Peserta yang hadir sangat bersemangat mulai dari saat kami menjelaskan mater, mayoritas siswa langsung latihan intens. Anak-anak juga sangat senang karena mendapat pengalaman dan tentunya merasa bangga,” ungkap Retno. Salah satu koordinator kegiatan, Tatag Taufani Anwar merasa bangga bahwa semua pihak dengan tulus bisa membantu terselenggaranya tari kolosal itu. Hal itu mengingat masalah jarak, waktu, dan tenaga yang dicurahkan tidak sedikit. Bahkan menurutnya, jumlah peserat yang bisa menembus angka 3.000 peserta cukup membanggakan dan melebihi perkiraan. Harapannya di tahun mendatang, bisa mencapai sekitar 5.000 penari. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: