Warga Wadas Siap Lawan Provokator dari Luar
MAGELANGEKSPRES.COM, PURWOREJO - Warga Desa Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo yang tergabung dalam kelompok Masyarakat Terdampak Desa Wadas (Matadewa) menyatakan sikap penolakan terhadap semua bentuk provokasi yang berpotensi memunculkan kegaduhan dan kericuhan. Sikap itu diwujudkan dengan memasang puluhan spanduk di sejumlah lokasi strategis desa setempat. Spanduk berisi berbagai pernyataan dan ajakan yang intinya warga Wadas menginginkan kedamaian. Salah satu di antaranya bertuliskan “Kami Warga Desa Wadas JANGAN DIPROVOKASI..!!! Masuknya orang luar di Desa Wadas telah MENGGANGGU KETENTERAMAN DAN KEAMANAN DESA yang selama ini penuh kedamaian”. Ada pula spanduk berisi tulisan “KAMI WARGA DESA WADAS SIAP MELAWAN ORANG LUAR YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB YANG SENGAJA MENGADU DOMBA MASYARAKAT DESA WADAS”. Ketua Matadewa, Sabar, mengatakan bahwa pemasangan spanduk dilakukan warga sebagai representasi bahwa warga Desa Wadas cinta damai dan tidak ingin ada anarkisme seperti yang terjadi dalam bentrok warga dan aparat belum lama ini. Menurutnya, kericuhan yang terjadi waktu itu merupakan dampak dari adanya aksi provokasi dari orang luar yang tidak bertanggung jawab. “Niat kami spanduk itu bukan buat tandingan. Spanduk menggambarkan aslinya orang Wadas dan umumnya orang Purworejo. Cinta damai dan tidak ingin ada anarkisme sebenarnya,” kata Sabar saat dikonfirmasi, Rabu (28/4). Diungkakan, perbedaan pendapat, sikap, atau pilihan merupakan hal yang biasa terjadi dalam negara demokrasi Indonesia. Termasuk adanya pro dan kontra warga terhadap rencana pemerintah untuk menambang batu quarry di Desa Wadas sebagai material pembangunan Bendungan Bener. “Orang yang kontra dan pro sama-sama punya hak karena kita hidup berdemokrasi. Presiden saja kalau ada usulan dari rakyat masih bisa dipikir-pikir,” ungkapnya. Sabar menyebut, warga Wadas yang saat ini setuju alias pro dengan rencana penambangan sebenarnya mencapai sekitar 70 persen dari jumlah keseluruhan. Namun, mereka tidak berani menunjukkan sikapnya karena terdesak oleh kondisi dan pertimbangan sosial. Terkait adanya perbedaan dengan Gempadewa atau kelompok masyarakat yang kontra, sambungnya, sejak awal pihaknya sudah pernah mengajak untuk berdialog, tetapi tidak ada tindak lanjut. “Kita selesaikan masalah ga perlu anarkis. Mari selesaikan dengan duduk bersama dan berdialog,” sambungnya. Sabar menegaskan bahwa warga asli Wadas menolak pihak luar yang hendak melakukan upaya-upaya provokatif hingga anarkisme. Warga tidak akan segan untuk melakukan pengusiran jika hal itu terjadi. “Siapapun orangnya yang mau buat kisruh di desa Wadas, silakan keluar. Warga sepakat akan mengusir, tapi kami juga minta bantuan petugas penegak keamanan,” tegasnya. “Yang membela maupun tidak membela, boleh masuk Wadas, tapi dengan cara yang benar. Jangan provokatif lah. Bela yang benar, dengan cara-cara yang benar,” imbuhnya. Lebih lanjut Sabar bersama warga asli Wadas yang lain berharap, warga pro dan kontra dapat saling memahami dan menghargai. Kebersamaan serta budaya gotong royong yang kian memudar, dapat kembali dijaga. Harapan saya desa wadas semoga tetap tenteram dan damai. Kita saling gotong royong, tidak usah ada kubu-kubuan, kubu pro dan kontra,” tandasnya. (top)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: