Lahan Krisis di Wonosobo Capai 36 Ribu Hektare
PEMBIBITAN. Wakil Bupati Wonosobo, saat membuka peningkatan kapasitas kemampuan pembibitan bagi organisasi masyarakat dan komunitas di Arboretum Kalianget, Selasa (20/9).(foto : Agus Supriyadi/Wonosobo ekspres)--Magelangekspres.com
WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID-Luas lahan kritis di Wonosobo mencapai sekitar 36 ribu hektar. Hal itu menjadi keprihatinan lantaran mengancam kelestarian lingkungan dan timbulkan sedimentasi.
"Ini menjadi keprihatinan kita bersama, bahwa kerusakan alam secara nyata telah menghampiri kita, dan sudah sepatutnya jika kita mengupayakan untuk mengembalikan kesuburan dan produktivitas lahan demi generasi penerus kita dimasa depan," ungkap Wakil Bupati Wonosobo, saat membuka peningkatan kapasitas kemampuan pembibitan bagi organisasi masyarakat dan komunitas di Arboretum Kalianget, Selasa (20/9).
Menurutnya, Wonosobo sebagai hulu beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti Serayu, Bogowonto, dan Luk Ulo, menempati posisi strategis sebagai penyangga ketersediaan sumber daya air bagi kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
“Kelestarian alam patut menjadi prioritas dan perhatikan, untuk memastikan kelestarian sumber air dan ekosistem di sekitarnya,” jelasnya.
Lahan kritis di Wonosobo yang pada tahun 2020 sudah mencapai luas 36.482,85 hektar, yang terbagi dalam kawasan hutan lindung seluas 2.362,32 hektar, dan di luar kawasan hutan lindung seluas 34.120,53 hektar.
Albar juga menyampaikan keberadaan lahan kritis akan menyebabkan terganggunya fungsi lahan sebagai media pengatur tata air, perlindungan banjir, dan sedimentasi di wilayah hilir. Lahan kritis juga berdampak pada penurunan fungsi konservasi, fungsi produksi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
“Keberadaan lahan kritis yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan banyak aspek, hendaknya kita dapat menjadikan pemulihan lahan sebagai pilihan prioritas, " ucapnya.
Dijelaskan bahwa penanaman pohon merupakan sebuah langkah yang baik untuk mengawali upaya pemulihan lahan, sehingga pemilihan bibit yang cocok dengan karakteristik lahan menjadi penting.
“Sebab, tidak semua tanaman dapat hidup pada lahan kritis yang minim unsur hara, pohon harus memiliki akar tunjang yang kuat dan dalam, membutuhkan sedikit air, membutuhkan sedikit unsur hara, dan merupakan tanaman endemik," katanya.
Untuk itu, pengetahuan tentang bibit wajib diketahui oleh masyarakat yang akan melaksanakan penanaman pohon, sehingga upaya pemulihan lahan dapat terlaksana secara efektif dan mampu mengembalikan fungsi lahan.
Sementara pada kesempatan itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo, Endang Lisdiyaningsih, mengatakan bahwa kerusakan lingkungan di Wonosobo tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri, akan tetapi membutuhkan dukungan dari semua pihak.
Pada kegiatan yang diikuti oleh Banser Wonosobo, Pemuda Muhammadiyah, Kwarcab Pramuka, Komisi remaja pemuda gereja kristen jawa, pengelola pendakian (basecamp), pengelola arboretum, Endang juga menyampaikan bahwa melalui peningkatan kapasitas pembibitan bagi ormas dan komunitas ini sangat relevan untuk menumbuhkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk bersama melakukan aksi nyata upaya pemulihan lingkungan di Kabupaten Wonosobo.
“Diharapkan masyarakat mempunyai kemampuan pembibitan, sehingga terwujud kemandirian penyediaan bibit oleh masyarakat serta munculnya partisipasi aktif masyarakat ikut serta memulihkan lingkungan,” punkas Endang.
Pada kesempatan itu juga diserahkan penghargaan bagi tim pembina Kalpataru Tahun 2022 yang telah berhasil mengantarkan Kabupaten Wonosobo meraih 3 penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi Jawa Tengah. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelangekspres.com