Tak Harus Menunggu Hari Ibu, Berbakti Pada Ibu Sepanjang Waktu

Tak Harus Menunggu Hari Ibu, Berbakti Pada Ibu Sepanjang Waktu

Ilustrasi--

MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Banyak orang yang menganggap moments special dengan memberikan ucapan terbaik hingga memberikan kado istimewa pada ibu yang telah mengandungnya. Jauh sebelum ada perayaan Hari Ibu, Islam sudah mengatur tentang kewajiban anak terhadap orang tua, khususnya ibu kita. Berbakti kepada orang tua, khususnya ibu tidak hanya dilakukan pada moment tertentu, misalnya Hari Ibu. Namun sepanjang waktu selagi kita masih hidup tetap mempunyai kewajiban berbakti kepada ibu-bapak kita, baik masih hidup maupun telah meninggal dunia.

Yang perlu diingat yakni amalan yang terbaik bagi seorang hamba Allah adalah menjalankan kewajiban baru kemudian menjalankan perintah-perintah sunnah.

Dalam hal ini, perkara yang sangat mulia dan besar pahalanya adalah kewajiban seorang anak berbakti pada orang tua, terutama ibu kita. Allah telah menjanjikan surga bila senantiasa melaksanakannya secara ikhlas.

Sebagaimana hadist yang diriwayatkan dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata :

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ : اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ : قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ : قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]

Dari hadist di atas dapat diketahui bahwa amalan yang harus d dahulukan di antaranya adalah perkara terkait birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Dengan pertimbangan bahwa ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua. Maka kita harus mengutamakan urusan keduanya.

Dalam hadits lain,  seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad dan yang lainnya dari sahabat Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رِضَا الرَبِّ فِى رِضَا الوَالِدِ و سُخْطُ الرَبِّ فِى سُخْطِ الوَالِدِ

“Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua”. [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

Di zaman Rasulullah, kepada seseorang yang diwajibkan berjihad pun, Beliau perintahkan seorang sahabatnya untuk mengabdikan dirinya kepada orang tuanya, dibandingkan mendahulukan tuntutan berperang bersama nabinya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Ada seorang laki-laki yang meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berjihad, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya.

أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ: نَعَمْ.

“Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Dia menjawab, "Ya, masih.” Beliau pun bersabda:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: