Belum Masuk Musim Tanam, Harga Tembakau Cenderung Naik
TEMBAKAU. Poktan pasang stand acara Mini Expo Tembakau di halaman BPP Kertomartani Kertek, Kabupaten Wonosobo, Rabu (17/1) kemarin.-MOHAMMAD MUKAROM-MAGELANG EKSPRES
WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES - Masa tanam komoditas tembakau diperkirakan baru mulai pada Februari 2024 mendatang untuk kawasan dataran tinggi.
Hal tersebut menjadi salah satu faktor naiknya harga jual tembakau di pasaran, mulai dari Rp 150 ribu/kg, sampai menyentuh angka jutaan rupiah.
Aan, Petani muda asal Dusun Banyu Urip, Desa Reco Kertek tersebut mengungkapkan, meski harga tembakau cenderung meningkat hingga Rp 10 ribu di setiap jenisnya, namun kenaikannya dinilai masih relatif normal.
BACA JUGA:Dispaperkan Wonosobo Minta Hasil Produksi Tembakau Tak Hanya untuk Pabrikan Rokok
"Naiknya sih sedikit. Paling mentok ya Rp 10 ribu, itu pun mungkin saya bilangnya harga normal ya," kata Aan saat diwawancara pada acara Mini Expo Tembakau di halaman Balai Penyuluhan Petani (BPP) Kertomartani Kertek, Kabupaten Wonosobo, Rabu (17/1) kemarin.
Ia mengatakan, tembakau yang diproduksi oleh petani di Wonosobo terdapat dua jenis, yaitu tembakau garangan dan tembakau lembutan. Untuk tembakau garangan, harganya bisa mencapai Rp 1 juta/kg, sementara untuk tembakau lembutan mulai harga Rp 100-500 ribu/kg tergantung grade kualitas barangnya.
"Harganya yang tembakau lembutan naik sedikit, paling banyak Rp 10 ribu. Harga per kg mulai dari Rp 100-500 ribu, kalau yang garangan per kg sampai Rp 1 jt. Tergantung kelas atau kualitas tembakaunya," jelasnya.
BACA JUGA:Berikut Alur Pelunasan Bipih Bagi Calon Jemaah Haji
Tembakau garangan, merupakan tembakau basah yang memiliki cita rasa unik dan warnanya hitam kecoklatan. Tembakau khas Wonosobo tersebut terbagi menjadi dua macam, yaitu tembakau garangan sasak dan garangan puklik.
"Dua jenis tembakau garangan ini cocoknya pakai menyan, bukan cengkeh. Rasanya lebih nendang, kalau yang belum terbiasa bisa pusing, tapi rasanya mantap. Makanya harganya jutaan rupiah per kg," terangnya.
Sementara untuk tembakau lembutan asli Wonosobo juga beragam jenis mulai dari tembakau meloko, cemparang, melati, tegal sekhowali, leban, tegalan, dan tembakau banyakan.
Tembakau lembutan ini baru diproduksi oleh petani-petani di Wonosobo, khususnya di Kecamatan Kertek dan Kalikajar baru sekira 3 tahun lalu.
BACA JUGA:Sejumlah Tokoh Tolak RUU Kesehatan yang Mensejajarkan Tembakau dengan Narkotika
Tembakau yang memiliki rasa lebih ringan ketimbang tembakau garangan tersebut diinisiasi petani untuk dapat menambah jumlah produksi sekaligus mendongkrak penghasilan para tani di Wonosobo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres