WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.COM - Sejumlah pengrajin tahu di sentra tahu tempe Desa Bumiroso Kecamatan Watumalang menjerit menyusul melambungnya harga minyak goreng (migor) di pasaran. Pasalnya mereka harus menyesuikan kembali harga tahu dengan biaya produksi yang baru. \"Kenaikan harga minyak goreng berimbas kepada kami selaku produsen tahu. Kita harus menyesuikan harganya, agar tidak menderita kerugian,\" ungkap pengrajin tahu asal Desa bumiroso, Muhaimin, Jumat (13/1/2022). Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng sudah terjadi sejak tiga bulan silam, namun bertahap. Puncaknya akhir tahun 2021 yang tembus di atas 20 ribu per liter. \"Kenaikan sudah terjadi sejak tiga bulan lalu, puncaknya akhir tahun 2021, sampai sekarang belum ada tanda tanda harga mau turun,\" ucapnya. terkait hal itu, produsen tahu tidak bisa berbuat banyak kecuali meningkat harga jual. Sebab hampir semua varian tahu yang diproduksi harus digoreng. \"Kita dikomplain oleh pelanggan, karena harga tahu sekarang lebih mahal, dampak lain permintaan turun,\" ujarnya. Selain minyak goreng yang melambung belakangan ini, pengrajin tahun juga dibuat pusing dengan harga kedelai yang naik turun. Pengrajin tahu tempe yang lain asal Bumiroso, Fahrurozi mengeluhkan hal yang sama. Kenaikan harga migor dan tidak stabilnya harga kedelai menyulitkan produsen menetukan harga jual. \"Kita harapkan harga bahan baku stabil, sehingga kita tidak panik menetapkan harga,\" ucapnya. Menurutnya, sejak naiknya harga minyak goreng, dirinya mengaku belum menaikkan harga di tingkat penjualan. Sebab, akan menggangu omset penjualan. \"Saya belum menaikkan harga tahu sampai sekarang, tapi beberapa waktu lalu dari paguyuban berencana gelar rapat untuk menaikkan harga,\" ujarnya. Pihaknya mengaku dalam satu hari produksi dirinya membeli minyak goreng dari pasar induk sebanyak 50 kilogram dengan kisaran harga mencapai Rp1 juta. (gus)
Harga Migor Terus Melambung, Pengrajin Tahu di Wonosobo Menjerit
Jumat 14-01-2022,15:27 WIB
Editor : ME
Kategori :