KABUPATEN MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Bupati Magelang Zaenal Arifin menyampaikan sesuai dengan Amanat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, bahwa dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan pencapaian pembangunan berkelanjutan, maka perlu dilakukan upaya percepatan penurunan stunting.
Yang mana stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik pada anak yang berada di bawah standar.
Oleh karena itu, Zaenal menekankan kepada masyarakat di Desa Wonoroto, utamanya kepada para orang tua agar selalu memberikan asupan gizi dan nutrisi yang baik kepada putra putrinya minimal dengan mengkonsumsi satu butir telur setiap harinya.
Dirinya juga terus mendorong masyarakat agar tidak melakukan pernikahan pada usia dini, dimana secara mental dan fisik pada calon orang tua masih belum siap.
"Minimal pernikahan itu seharusnya dilakukan diatas umur 19 tahun. Apabila belum diatas 19 tahun maka secara mental dan fisik pasti juga belum siap, sehingga bisa menimbulkan berbagai permasalahan dikemudian hari seperti salah satunya masalah kesehatan, dan Stunting ini," ucap Zaenal didampingi Istri, beserta Dinas terkait dan Forkompimcam Windusari menghadiri acara Gerakan Hidup Sehat Pencanangan Kampung KB dan Kampung Sejahtera di Desa Wonoroto, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Selasa (24/1/2023).
Sementara Camat Windusari, Tito Lestianto dalam laporannya menyampaikan data angka Stunting di Kecamatan Windusari sejumlah 726 anak balita. Untuk di Desa Wonoroto khususnya ada 53 balita yang mengalami Stunting.
Kemudian setelah dilakukan pendataan kembali pada bulan Januari 2023, jumlah angka Stunting di Windusari telah mengalami penurunan menjadi 505 anak balita.
"Untuk di Desa Wonoroto sendiri sudah turun menjadi 31 anak Stunting," jelas Tito.
Menurut Tito, dari data tersebut, maka Pemerintah Kecamatan Windusari telah melakukan langkah-langkah antara lain melaksanakan koordinasi dengan kader-kader yang ada untuk membuat komitmen bersama untuk menurunkan angka Stunting di wilayah Windusari.
Menurutnya ada beberapa faktor angka Stunting di wilayah Windusari ini cukup tinggi antara lain terjadinya pernikahan usia dini, pola asuh terhadap anak yang dirasa masih kurang tepat, dimana anak diberikan asupan gizi/makanan yang kurang sesuai.
Kemudian kurangnya perhatian kepada anak karena orang tua harus bekerja di sawah/ladang serta kurangnya pemahaman terkait pemberian ASI eksklusif dari para ibu.
Melihat kondisi tersebut maka Pemerintah Kecamatan Windusari meluncur Gerakan 'Gerbang Sulur Sewindu' yaitu gerbang sebagai pintu masuk menuntaskan angka Stunting.
Kemudian Sulur adalah pemberian satu telur terhadap anak-anak yang mengalami Stunting. Sementara Sewindu artinya se-Kecamatan Windusari yang terdiri dari 20 Desa.
"Jadi seluruh Desa di Windusari melakukan gerakan Gerbang Sulur Sewindu' ini," ungkap Tito.
Sementara, Kepala Desa Wonoroto, Abdul Kholiq menyampaikan bahwa saat ini Desa Wonoroto juga telah memiliki fasilitas Dapur Umum dan Perpustakaan Desa untuk menunjang literasi.
Lebih lanjut, Abdul menjelaskan bahwa Desa Wonoroto sendiri terdiri dari 4 Dusun, 932 KK. Untuk pasangan usia subur sebanyak 542 orang dengan data kepesertaan KB sebanyak 57,75 persen.
Disampaikan pula pada tahun 2022 di Desa Wonoroto terdapat 6 pengantin dengan usia muda.
"Melihat kondisi ini kami Pemerintah Desa Wonoroto terus berupaya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak melakukan pernikahan pada usia dini ini," terang Abdul.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Magelang didampingi Istri juga menyempatkan meninjau stand UMKM yang diikuti oleh 20 Desa yang ada di Kecamatan Windusari.(cha)