MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Bicara soal perbudakan di abad-19 yang diprakarsai Belanda di Nusantara waktu itu bisa saja membuat bulu kuduk kita berdiri.
Gelombang imigran dari Jawa datang pertama kali di Suriname pada tahun 1890. Rombongan itu terdiri dari 100 orang Jawa.
Dilansir dari Historia.id, Jumat, 7 Juli 2023, mereka ditempatkan di Marienburg sebuah perkebunan tebu terbesar di Suriname.
Periode pekerja Jawa dikirim ke Suriname pada 15 tahun pertama ini total berjumlah 700 orang per tahun.
Terbanyak pengiriman tenaga kerja dari Jawa terjadi pada tahun 1916. Melonjaknya pengiriman budak asal Jawa ini karena pekerja kontrak India-Britania Raya tidak dipakai lagi.
BACA JUGA:Raja Belanda Willem-Alexander Minta Maaf kepada Orang Jawa di Suriname
Para pekerja dari Jawa di Suriname dipaksa meneken kontrak selama paling tidak lima tahun.
Gajinya pun tidak seberapa. Setiap pekerja menerima 60 sen untuk laki-laki dan 40 sen per hari untuk perempuan.
Namun Pemerintah Belanda memberikan tawaran lain. Setiap pekerja yang ingin menetap, akan diberi imbalan uang 100 gulden dan sepetak tanah di Suriname.
Nama-nama orang Jawa yang dikirim ke Suriname pada era kolonial Belanda-ISTIMEWA-TANGKAPAN LAYAR
Rupanya, kehidupan mereka sebagai pekerja sangat memprihatinkan. Pemerintah Belanda tidak menyediakan sarana pendidikan.
Kebijakan tak manusiawi tersebut disinyalir karena Belanda khawatir jika para pekerja memiliki pikiran visioner mereka akan memberontak dan keluar dari pekerjaan mereka di perkebunan.
Salah seorang mantan wakil jaksa Hindia Belanda, yang menjadi Gubernur Suriname pada tahun 1933 hingga 1944 Johannes Coenraad membuat kebijakan baru di mana imigran yang datang tidak langsung ditempatkan di perkebunan.
BACA JUGA:Sebagian Besar Warga Suriname Enggan Kembali ke Indonesia, Ternyata Alasannya Karena Ini
Para pekerja sengaja ditempatkan di desa-desa khusus. Belanda juga memberikan hak sipil dalam mengembangkan budaya asli mereka.