MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Hingga menjelang pecahnya Perang Dunia II, jumlah imigran Jawa di Suriname tercatat sebanyak 30.000 orang.
Sedangkan yang kembali ke Tanah Air ketika perang berakhir dan Indonesia telah mendapatkan kemerdekaannya jumlahnya tidak lebih dari 30 persennya. Sebanyak 22.000 orang memilih menetap di Suriname, karena alasan biaya transportasi yang mahal.
Gelombang kembalinya suku Jawa di Tanah Air ini karena gaung kemerdekaan Indonesia yang mencapai telinga masyarakat Suriname.
Banyak yang ingin mereka bisa kembali ke daerah asal, karena di sana mereka merasakan berada di pengasingan.
Pemerintah Belanda usai kemerdekaan Indonesia, memberikan waktu dua tahun kepada orang-orang Jawa di Suriname untuk memilih kewarganegaraan Indonesia atau Belanda.
BACA JUGA:Raja Belanda Willem-Alexander Minta Maaf kepada Orang Jawa di Suriname
Kaum Tani Persatuan Indonesia (KTPI) sebagai organisasi politik etnis Jawa berupaya memperbaiki nasib orang Jawa di Surinama dan menganjurkan semua anggota partai untuk menjadi warga negara Indonesia.
Pekerja dari Jawa yang dikirim ke Suriname--
Namun hingga tahun 1954 harapan para suku Jawa kembali ke Indonesia justru mendapat cobaan baru. Mereka menghadapi kesulitan keuangan dan mengolah tanah.
Beberapa dari mereka akhirnya memilih kembali ke Suriname, sebagai tanah pengasingan mereka.
Beruntung, aku bertemu dengan Pak Tjokro Willy, cucu dari salah satu orang Jawa yang dipindahkan ke Suriname. Bahasa Jawanya masih lancar, kami sempat ngobrol di sana. Beliau menjelaskan sedikit tentang pabrik ini jaman dulunya dengan gambar2 yang masih ia simpan???? pic.twitter.com/iGzJIuihVV
— Leonardo Edwin (@leo_edw) July 6, 2023
Roemdjinah Wagina Soenawi dikutip dari Yvette Kopijn dan Harriette Mingoen dalam Stille Passanten: Levensverhalen van Javaans-Surinaamese Ouderen in Nederland mengatakan bahwa ketika kembali di daerah asal dia hanya dihadapkan hutan.
BACA JUGA:Cuma Digaji 60 Sen Sehari, Ini Alasan Pekerja Imigran Jawa di Suriname Tak Mau Pulang Kampung
Tidak ada rumah tempatnya berlindung. Bahkan untuk buang hajat pun tidak disediakan.
"Hanya barak besar. Setiap keluarga (asal Suriname) diberi jatah 4x4 meter persegi. Tahun 1964 kami memutuskan pulang kembali ke Suriname," ujar Roemdjinah.
Karena beberapa kesulitan yang dialami mayarakat Jawa di daerahnya sendiri, informasi ini begitu cepat menyebar, sehingga orang Jawa di Suriname memutuskan untuk tidak pulang ke Indonesia dan memilih menjadi warga negara Belanda. (*)