Bukan Pohon Perindang Pertama di Kota Magelang
Ternyata jauh sebelum pohon Tabebuya, penanaman pohon perindang di Kota Magelang sudah ada sejak zaman penjajahan.
Pada masa pemerintahan jajahan Inggris, kawasan alun-alun Kota Magelang dihiasi oleh pohon beringin.
Lalu pada zaman penjajahan Belanda, pohon Kenari, Asam Jawa, Asam Londo, dan Mahoni menjadi pohon yang ideal untuk ditanam di sepanjang jalan kota.
Keempat jenis pohon ini, antara lain memiliki batang yang kuat, berumur lama, memiliki tajuk pohon yang rindang, dan menyerap karbondioksida.
Dahulu, pohon kenari banyak ditanam Jln. Tentara Pelajar dan Bayeman, Rindam IV/Diponegoro, Jl. Tidar dan sebagainya. Sisa-sisa pohon Kenari masih dapat ditemui hingga
Ketika periode pemerintahan berganti, pohon-pohon perindang pun juga mengalami perubahan dan peremajaan.
BACA JUGA:Sejarah Tahu Gimbal, Makanan Era Kolonial yang Eksis di Jalan Plampitan
Ada Lebih dari 2000 Pohon Tabebuya di Kota Magelang
Pada 2010 pohon tabebuya sebagai pohon perindang ditanam di sisi jalan Jalan Pahlawan, Jalan Piere Tendean, kawasan Jurangombo, dan Jalan Sudirman.
Kemudian pada tahun berikutnya, penanaman pohon tabebuya juga dilakukan di titik-titik strategis di Kota Magelang antara lain di Jalan Tentara Pelajar, kawasan PJKA Kebonpolo, Jalan Daha, Jalan Soekarno Hatta, Jalan Kapten Suparman, Jalan Sriwijaya, Taman Shoppin dan sebagainya.
Ada lebih dari dua ribu pohon tabebuya yang telah ditanam di kawasan Kota Magelang sebagai tanaman perindang. Salah satu titik yang paling terkenal adalah di Jalan Sarwo Edhie Wibowo, tepat di depan kantor Pemerinta Kota Magelang.
BACA JUGA:8 Museum Magelang Punya Segudang Pelajaran Sejarah yang Wajib Kamu Kunjungi!
Mekar Setahun Dua Kali
Sayangnya bunga tabebuya tidak dapat dinikmati keindahannya setiap hari.
Hal ini karena waktu mekarnya bunga Tabebuya hanya berlangsung dua kali dalam setahun.