MAGELANGEKSPRES -- Selat Solo merupakan masakan tradisional kota Solo yang wajib dicicipi jika berkunjung ke kota batik ini.
Selain cita rasanya yang unik, ternyata sejarah dibalik terciptanya hidangan ini juga tidak kalah menarik untuk diketahui.
Pasalnya Selat Solo merupakan hidangan yang sudah ada sejak zaman Belanda, bisa dibilang Selat Solo merupakan salah satu kuliner legendaris di Kota Solo.
BACA JUGA:Jalan-jalan Solo Kemana Aja? Ini 5 Rekomendasi Wisata Solo Terbaru
Apa itu Selat Solo?
Selat Solo merupakan perpaduan antara salad dan steak daging. Sesuai namanya, dalam porsi Selat Solo didapati berbagai sayuran dan juga daging cincang yang dipadukan dengan saus manis berwarna kecoklatan.
Warna coklat dari saus berasal dari pemakaian kecap. Maka dari itu, Selat Solo memiliki cita rasa yang manis, asam, dan gurih. Makanan ini memiliki aroma rempah ringan yang khas.
Selat Solo disajikan bersama sayuran berupa wortel dan buncis rebus, tomat serta daun selada.
Supaya memberikan rasa kenyang, daging cincang dilengkapi pula dengan kentang goreng.Terkadang ada pula yang menambahkan acar mentimun.
BACA JUGA:Senerek Khas Magelang Memang Legend, dari Zaman Belanda sampai Sekarang Rasanya Masih Sama
Asal-Usul Nama Selat Solo
Mungkin kamu bertanya-tanya mengapa hidangan ini dinamai selat dan bukan salad.
Nama selat diambil dari kata Belanda "slachtje" yang artinya salad.
Kata slachtje juga bermakna hasil penyembelihan daging yang diolah dalam bentuk kecil-kecil.
Pada saat itu, masyarakat Solo sulit menyebutkan kata slachtje, sehingga mereka kerap mengucapkannya dengan kata Selat.