Namun, keraguan itu menipis setelah menyadari pentingnya keterlibatan generasi muda untuk menyukseskan Pemilu. Ia pun memantapkan diri untuk bergabung.
“Tugas paling berat PTPS ya membagi waktu karena saya juga punya pekerjaan pokok jadi perawat. Di luar itu saya bangga bisa ikut menyukseskan Pemilu,” ungkapnya.
Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS 002 memang tidak ada yang istimewa. Lokasinya didesain layaknya TPS lain tanpa ornamen unik.
Namun, bagi Putri, TPS tempatnya bertugas cukup spesial karena Koordinator Divisi Pencegahan dan Partisipasi Masyarakat Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, Nur Kholiq SH SThI MKn, nyoblos di TPS itu.
Ya, mantan wartawan senior dan Ketua Bawaslu Purworejo itu masih tercatat sebagai warga Lingkungan Daleman RW 001 Kelurahan Kledung Karangdalem dan masuk DPT di TPS 002.
Ia datang bersama sang istri sekitar pukul 10.45 untuk menyalurkan hak pilihnya. Nur Kholiq juga sempat menyapa sejumlah panitia serta jajaran Panwaslu Kecamatan dan PKD yang berada di lokasi.
“Jadi tadi ya sempat mengawasi anggota Bawaslu Provinsi. Alhamdulillah secara umum di TPS ini kondusif,” kelakar Putri mengakhiri.
Saat berbincang dengan dengan Purworejo Ekspres, Nur Kholiq menampaikan bahwa Pemilu kali ini memang banyak menggunakan adaptasi terhadap sistem teknologi informasi, kendati masih butuh perbaikan dan pengembangan.
Tidak hanya Siwaslu, melainkan juga Sirekap (Sistem Informasi Rekapitulasi) yang dipakai oleh jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU). Berkaca dari itu, pihaknya menilai Pemilu ke depan akan makin membutuhkan keterlibatan generasi muda, khususnya dalam hal pengawasan.
“Sekarang rata-rata PTPS anak muda yang adaptif teknologi. Jadi saya kira tata laksana Pemilu ke depan ini semakin memberikan ruang kepada generasi muda,” katanya.
Menurut Kholiq, pengawasan Pemilu pada era disrupsi saat ini sangat kompleks. Menyadari itu, Bawaslu Jateng terus berupaya mengoptimalkan strategi dan inovasi pengawasan. Salah satunya yakni membetuk Relawan Patroli Siber di 35 kabupaten/kota se-Jateng. Generasi muda dari berbagai kalangan, komunitas, serta admin Medsos diajak kompak melakukan pengawasan partisipatif.
“Grand design-nya itu kan pengawasan partisipatif, turunannya kita inisiasi menjadi program Relawan Patoli Siber dengan merekrut anak-anak muda. Mereka kita gandeng untuk memantu dunia maya,” sebutnya.
“Mengawasi tidak hanya soal melakukan penanganan pelanggaran, melainkan juga pencegahan. Termasuk prebanking dan debunking, teman-teman kita optimalkan untuk itu,” lanjutnya.
Terbentuknya Relawan Patroli Siber dinilai cukup efektif untuk melakukan pengawasan di dunia maya. Seluruhnya aktif untuk menyampaikan edukasi ke warganet dan memberikan informasi kepada jajaran Bawaslu.
“Di tiap kabupaten/kota rata-rata anggotanya admin Medsos dan pegiat media. Khusus di tingkat Provinsi Jateng ada sekitar 78 orang, mereka juga kita fasilitasi pelatihan,” terangnya.
“Maka sependek yang kita pantau sampai hari ini, kemudian tidak ada peredaran hoaks politisasi SARA di ruang maya Jateng,” sambungnya.