MAGELANG EKSPRES-Maraknya sarana informasi sangat memudahkan orang menyebarkan apa pun yang didengar dan didapat tanpa mengetahui kebenarannya.
Dengan HP, orang dengan mudah menyebarkan apa pun yang belum tentu benar bahkan bisa jadi salah atau kabar bohong yang sengaja disebarkan untuk tujuan tertentu.
Hati-hati dengan berbagai kabar atau informasi yang di-share di media sosial (medsos) yang saat ini berseliweran dan sulit terbendung.
BACA JUGA:Larangan Tidur Setelah Asar, Kata Ulama Hadisnya Palsu
Jangan ikut menyebarkan informasi-informasi yang menyebabkan kita menjadi penghuni neraka.
Tak bisa dipungkiri, saat ini kita seringkali menjumpai ada orang yang meng-share tentang amal-amal mulia dengan menukil dari hadis-hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saat ini berseliweran hadis-hadis Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berbahasa Arab dan berisi amal-amal baik sehingga menjadikan orang termotivasi untuk mengikutinya.
Dengan mengharapkan pahala dari orang yang mengikutinya maka dia pun ikut menyebarkannya. Padahal hadis-hadis itu belum tentu benar. Belum tentu disampaikan oleh Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hati-hati! Jangan sampai ini menjadi alasan bagi kita sehingga termasuk dalam perbuatan menyebarkan kedustaan atas nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Neraka bagi yang Berdusta Atas Nama Rasulullah
Dari Mughirah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ“Sesungguhnya berdusta atas namaku, tidak seperti berdusta atas nama orang lain. Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaknya dia siapkan tempatnya di neraka.” (HR. Bukhari 1291 & Muslim 5)
Demikian pula ketika kita mendapat berita atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diragukan keabsahannya, jangan disebarkan. Karena itu terhitung berdusta.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَوَى عَنِّى حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ“Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena meriwayatkannya).” (HR. Muslim dalam muqoddimah kitab shahihnya pada Bab “Wajibnya meriwayatkan dari orang yang tsiqoh -terpercaya-, juga Ibnu Majah 39. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).